Para ilmuwan India mengumumkan bahwa uji coba minggu ini dari sebuah roket antariksa daur ulang yang dikembangkan secara lokal, "Misi yang sukses tercapai."
Kata-kata itu semakin sering terdengar dalam tahun-tahun terakhir dari ?Organisasi Riset Antariksa India (ISRO) di saat negara itu diam-diam melaju dengan ambisi-ambisi perjalanan luar angkasanya.
Pengembangan roket yang dapat dipakai kembali masih perlu waktu berpuluh-puluh tahun lagi, tapi uji coba sebuah miniatur kendaraan antariksa sepanjang 6,5 meter dan berbobot 1,75 ton itu menandakan bahwa India telah memasuki kompetisi untuk membuat eksplorasi luar angkasa lebih murah dan lebih mudah.
Rusia, Jepang dan Badan Antariksa Eropa serta perusahaan-perusahaan antariksa swasta seperti SpaceX juga sedang mengembangkan teknologi serupa.
Badan Antariksa AS NASA meninggalkan program pesawat ulang-alik yang dapat dipakai kembalinya tahun 2011. Seperti pesawat, kendaraan antariksa yang dapat dipakai kembali, yang mencakup dari sebagian besar biaya eksplorasi antariksa, dapat mendarat kembali ke bumi dan diluncurkan lagi.
Para ilmuwan India mengatakan penguasaan teknologi itu dapat memangkas biaya sampai sepersepuluh dari biaya saat ini. Hal itu sesuai dengan prioritas India.
"Kami sedang mengembangkan akses berbiaya rendah ke luar angkasa," ujar juru bicara ISRO Deviprasad Karnik.
Pendatang baru
Meskipun tergolong pendatang baru dalam kompetisi luar angkasa, program antariksa India telah menorehkan beberapa terobosan teknologi yang signifikan dan secara simultan mengembangkan reputasi terkait efektivitas biaya.
India meraih perhatian global ketika pengorbit Mars tanpa awaknya memasuki orbit planet merah itu pada usaha pertama tahun 2014.
India tidak hanya menjadi negara Asia pertama yang melakukan misi antar-planet, tapi hal itu dilakukan dengan biaya rendah sebesar US$72 juta -- persentase kecil dari sekitar $670 juta yang dikeluarkan AS untuk ?Misi pesawat Maven ke Mars.
Terbuai keberhasilan Misi ke Mars, badan antariksa India sedang mengupayakan peluncuran-peluncuran baru. Lembaga itu dijadwalkan mengirim misi kedua untuk mempelajari permukaan bulan tahun depan, dan telah mengincar kemungkinan mengirim astronot ke luar angkasa.
"Proyek ini belum disetujui, tapi kami secara paralel mengembangkan teknologi-teknologi penting yang mungkin diperlukan untuk perkembangan masa depan," ujar Karnik dari ISRO.