Nationalgeographic.co.id - Mamut menjadi salah satu hewan purba populer yang hidup di Zaman Es. Dari penggalian di Cotswolds, Inggris, para ahli menemukan fosil dari lima ekor mamut, terdiri dari dua dewasa, dua remaja, dan satu bayi mamut yang berkeliaran 200.000 tahun lalu.
Jika melihat kualitas dari fosil yang ditemukan, situs ini diibaratkan sebagai tambang emas. Dilansir dari The Guardian, selain tulang belulang dari mamut ditemukan pula sisa-sisa dari rusa yang berukuran dua kali lebih lebih besar dari rusa modern hingga makhluk yang lebih kecil seperti siput air tawar. Didapati juga benih, serbuk sari, dan fosil tumbuhan bahkan dari varietas yang sudah punah terpelihara dengan baik di situs ini.
Selain fosil hewan ditemukan pula perkakas yang digunakan oleh Neanderthal. Diduga perkakas tersebut digunakan untuk memburu mamut. Semua penemuan ini menawarkan petunjuk baru tentang bagaimana manusia purba Neanderthal hidup dalam kondisi yang keras pada Zaman Es di Inggris.
Penemuan akan dieksplorasi dalam film dokumenter BBC One berjudul, Attenborough and the Mammoth Graveyard yang akan tayang 30 Desember mendatang. Sir David Attenborough dan Profesor Ben Garrod, ahli biologi evokusi bergabung dengan para arkeolog dari DigVentures untuk memfilmkan penggalian di Cotswolds, Inggris.
Baca Juga: Studi Baru Mencoba Mengungkap Penyebab Mengejutkan Zaman Es Kecil
Menurut Garrod kepada Observer, ini merupakan salah satu penemuan terpenting dalam paleontologi Inggris. Menurutnya menemukan kerangka lengkap seperti itu terbilang sangat langka.
“Mamut ini terbaring di tanah, persis di mana mereka mati seperempat juta tahun yang lalu, di samping benda-benda luar biasa seperti perkakas batu dan siput yang mereka injak,” ujar Profesor Ben Garrod.
“Kami memiliki bukti seperti apa lanskap itu. Kami tahu tanaman apa yang tumbuh di sana. Hal-hal kecil benar-benar mengungkapkan konteks dari raksasa besar yang ikonik. Ini sekilas kembali ke masa lalu. Itu sangat penting dalam hal kita memahami bagaimana perubahan iklim berdampak terutama pada lingkungan, ekosistem, dan spesies,” lanjutnya.
Lisa Westcott Wilkis dari DigVentures menambahkan bahwa situs arkeologi dari periode ini jarang terjadi. Penting untuk memahami perilaku Neanderthal di seluruh Inggris dan Eropa.
“Mengapa begitu banyak mamut mati di sini? Mungkinkah Neanderthal membunuh mereka? Apa yang bisa mereka ceritakan tentang kehidupan di Inggris pada Zaman Es? Berbagai bukti di situs ini memberi kami kesempatan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini,” ujarnya.
Baca Juga: Seperti Apakah Ragam Perkakas Batu Buatan Manusia Neanderthal?
Para peneliti meyakini bahwa sisa-sisa mamut dan artefak yang ditemukan berasal dari sekitar 220.000 tahun yang lalu. Kala itu, Inggris masih diduduki oleh Neanderthal selama periode interglasial yang lebih hangat. Temperatur yang turun telah memaksa Neanderthal ke selatan dan situs ini kemudian menjadi dataran subur yang menarik bagi hewan dan manusia.
Berbicara tentang mamut, diketahui spesies mamut stepa adalah yang terbesar. Garrod menuturkan spesies ini memiliki berat hingga 15 ton, dua atau tiga kali berat gajah Afrika. Live Science melaporkan temuan sisa-sisa dari mamut seperti gading, tulang kaki, tulang rusuk, dan tulang belakang merupakan kepunyaan dari spesies mamut stepa. Menurut DigVentures, meskipun tulang belulang mamut di situs ini berukuran lebih kecil ada indikasi bahwa spesies itu mungkin telah menyusut selama musim dingin pada Zaman Es.
Lebih lanjut Garrod berspekulasi mengapa ada begitu banyak hewan mati di situs ini. Mulai dari terjadinya banjir glasial yang menghanyutkan hewan-hewan ini hingga adanya hubungan antara kapak tangan dan perkakas batu dengan tulang-tulang ini. Penggalian di situs ini juga mengungkapkan bukti lebih lanjut dari aktivitas Neanderthal, termasuk perkakas batu yang digunakan untuk membersihkan kulit segar. Beberapa tulang memiliki kemungkinan bekas pemotongan.