Apa Saja Satwa yang Menemani Homo floresiensis di Sekitar Liang Bua?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 23 Desember 2021 | 12:00 WIB
Homo Floresiensis mungkin mengunyah lebih efisien karena telah mengolah makanannya. (National Geographic Society/ Peter Schouten/ via Live Science)

Nationalgeographic.co.id - Situs Liang Bua yang ada di Nusa Tenggara Timur populer di kalangan pecinta arkeologi, karena pernah ditemukannya temuan fenomenal awal abad ini: manusia katai (Homo floresiensis). Mereka hidup berburu, belum mengenali cara bercocok tanam yang baru dibawa oleh manusia modern (Homo sapiens).

Sehingga, para arkeolog juga harus memastikan hewan apa saja yang ada di sekitar Situs Liang Bua, lewat temuan kerangka yang ada. Spesies yang ditemukan, beberapa di antaranya sudah punah dan ada yang masih lestari untuk disambangi ketika mengunjungi Situs Liang Bua.

Tikus berbagai ukuran

"Salah satu fauna endemic di Liang Bua yang masih hidup dan eksis sampai sekarang adalah tikus," terang Jatmiko, peneliti senior di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, dalam buku Cerita dari Flores; Liang Bua, dari Manusia Purba hingga Manusia Modern. "Jenis hewan mamalia kecil ini mendominasi seluruh temuan fauna yang ada di Liang Bua."

Mamalia pengerat ini sudah menghuni Liang Bua sejak akhir Zaman Pleistosen-Holosen, atau sekitar 190.000 tahun silam hingga sekarang. Hewan ini sudah tinggal di gua ini lebih dulu sebelum kedatangan manusia, sampai-sampai ahli paleonatropologi Matthew Tocheri membuat ankedot, "Liang Bua adalah Gua Tikus, sedangkan Homo floresiensis hanya tamu."

 Baca Juga: Peneliti Temukan Titik Terang Penyebab Kepunahan Hobbit

Tim peneliti memegang seekor Tikus Betu yang masih ditemukan sampai sekarang di Situs Liang Bua. (Tim Penelitian Liang Bua/ARKENAS)

Ada 275.000 spesimen tulang tikus yang ditemui para peneliti di gua itu. Jenis yang masih ada sampai sekarang di Liang Bua adalah Papagomys armandvillei dan P. theodorverhoeveni. 

Mereka oleh penduduk setempat disebut sebagai Betu yang memiliki ekor belang hitam-putih. Penduduk sempat juga masih memburunya sebagai santapan dengan perangkap sederhana Nggepit.