Meskipun memiliki banyak manfaat, diperkirakan sekitar 42 persen lulusan perguruan tinggi tak lagi membaca buku setelah mereka memperoleh gelarnya. Padahal, meski otak kita sudah berhenti berkembang, bukan berarti kita tak perlu membaca lagi.
Sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Emory University mengungkap bahwa buku dapat merangsang perubahan dalam konektivitas otak.
Dari penelitian tersebut, peneliti mengungkapkan bahwa otak partisipan masih menunjukkan tingkat konektivitas yang sama dengan saat membaca, meski waktu membaca sudah lima hari berlalu.
“Perubahan saraf yang kami temukan berhubungan dengan sensasi fisik dan sistem gerakan. Hal itu menunjukkan bahwa membaca novel dapat membuat anda seolah-olah menjadi tokoh dalam novel tersebut,” ujar ahli saraf Gregory Berns, penulis utama studi dan direktur Emory’s Center for Neuropolicy.
Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa membaca cerita dapat mengatur ulang jaringan otak selama beberapa hari. Hal ini juga mungkin menunjukkan bagaimana peran kegiatan membaca dalam membentuk otak anak.