Para peneliti yang dipimpin oleh penulis pertama makalah tersebut, Lotfi Ben-Jaffel di Institut Astrofisika di Paris, kemudian menggunakan simulasi komputer 3D untuk memodelkan interaksi antara wilayah atmosfer paling atas planet dan medan magnet dengan angin matahari yang masuk.
"Sama seperti medan magnet Bumi dan lingkungan luar angkasanya yang berinteraksi dengan angin matahari yang menimpa, yang terdiri dari partikel bermuatan yang bergerak dengan kecepatan sekitar 900.000 mpj, ada interaksi antara medan magnet HAT-P-11b dan lingkungan luar angkasa terdekatnya dengan angin matahari dari bintang induknya, dan itu sangatlah kompleks," jelas Ballester.
Fisika di magnetosfer Bumi dan HAT-P-11b adalah sama; namun, kedekatan eksoplanet dengan bintangnya, menyebabkan atmosfer atasnya memanas dan pada dasarnya "mendidih" ke luar angkasa, menghasilkan pembentukan magnetotail.
Para peneliti juga menemukan bahwa metallicity atmosfer HAT-P-11b, yaitu jumlah unsur kimia dalam sebuah objek yang lebih berat dari hidrogen dan helium, ternyata lebih rendah dari yang diperkirakan.
Di tata surya kita, planet gas es, Neptunus dan Uranus, kaya akan logam tetapi memiliki medan magnet yang lemah, sedangkan planet gas yang jauh lebih besar, Jupiter dan Saturnus, memiliki logam yang rendah dan medan magnet yang kuat. Metalitas atmosfer rendah HAT-P-11b menantang model pembentukan planet ekstrasurya saat ini, kata para penulis.
“Meskipun massa HAT-P-11b hanya 8% dari Jupiter, kami pikir planet ekstrasurya ini lebih menyerupai Jupiter mini daripada Neptunus. Komposisi atmosfer yang kita lihat di HAT-P-11b menunjukkan bahwa pekerjaan lebih lanjut perlu dilakukan untuk menyempurnakan teori saat ini tentang bagaimana eksoplanet tertentu terbentuk secara umum.”