Pro dan Kon: Apakah Teknik Editing Gen Dapat Diterapkan Pada Embrio Manusia?

By , Jumat, 22 Juli 2016 | 17:00 WIB

Namun di lain sisi, Shaw berpikir bagaimana jika anaknya nanti memiliki penampilan sepertinya, dan otak seperti pasangannya, sebagai upaya dirinya untuk mengidentifikasi kemungkinan perbedaan. Hasilnya, benar, Shaw maupun pasangannya perlu menunggu persetujuan sang anak yang nanti akan dihasilkan.

Orang tua dan ilmuwan harus berpikir lebih bertanggung jawab terkait kombinasi terbaik yang ada dengan bukti dan argumen yang kuat tentang bagaimana keputusan mereka berhubungan dengan generasi mendatang. Namun pengambilkan keputusan mereka tidak bisa menyertakan persetujuan dari anak-anak di masa depan.

Akhirnya, sebuah argumen muncul, bahwa memodifikasi genom secara inheren adalah berbahaya. Hal itu dikarenakan kita tidak bisa tahu semua cara itu akan memengaruhi sang individu.

Tapi mereka yang takut risiko editing gen tidak memperhitungkan bahaya yang ada dalam cara reproduksi alami. Dua pertiga dari embrio manusia gagal untuk berhasil berkembang, kebanyakan dari mereka adalah kehamilan di bulan pertama.

Setiap tahun, 7,9 juta anak atau 6 persen total kelahiran di seluruh dunia dilahirkan dengan cacat serius akibat dari faktor genetik. Memang begitu risiko seks tanpa kondom, diciptakan sebagai sebuah teknologi reproduksi namunbukan ditemukan dari bagian biologi kita yang berkembang.

Tentu kita perlu tahu sebanyak mungkin mengenai risiko editing gen embrio manusia sebelum penelitian tersebut dilanjutkan.Namun jika penderitaan dan kematian yang disebabkan oleh gangguan mengerikan dari gen tungga seperti cyctic fibrosis dan penyakit Huntington mampu dihindari, keputusan untuk menunda penelitian tersebut tidak harus ditunda.

Sama seperti keadilan yang ditunda adalah keadilan yang ditolak, demikian juga terapi yang tertunda adalah terapi yang ditolak. Hal tersebut menyangkal hidup manusia dari hari ke hari.

!break!

Con : Jangan Buka Pintu untuk Gen Editing pada Manusia Masa Depan

Alat editing gen yang dikenal sebagai CRISPR masuk dalam laboratorium ilmiah dan menjadi berita utam beberapa tahun yang lalu. Hal tersebut kemudia muncul menjadi kontroversi konsekuensial: haruskan teknik-teknik baru digunakan oleh para insinyur untuk diterapkan pada masa depan anak-anak yang akan melewati perubahan gen dan diikuti oleh seluruh generasinya?

Ini bukan pertanyaan baru sama sekali. Prospek untuk menciptakan rekayasa genetik manusia secara terbuka diperdebatkan kembali akhir 1990-an. Lebih dari satu dekade sebelum adanya CRISPR dan beberapa tahun sebelum genom manusia dapat dipetakan sepenuhnya.

Hal tersebut ada tidak alam sejak munculnya headline provokatif tentang desainer bayi. Ahli Biologi dari Princeton, Lee Silver menuliskan di majalah Time tahun 1999, dimana klinik kesuburan dalam waktu dekat akan menawarkan "Organic Enhacement" untuk semua orang, termasuk orang-orang yang "tidak memiliki masalah fertilitas".

Bahkan ia menulis, "Pikirkan dalam-dalam, Anda harus beraksi sebelum kehamilan. Jangan menyesal setelah melahirkan. Ini benar-benar kesempatan sekali seumur hidup bagi calon anak Anda nanti."