Sementara itu, pendekatan ke Nintendo lebih didasari kesamaan visi. Saat itu almarhum Satoru Iwata masih menjabat CEO Nintendo. Ia berdiskusi dengan Hanke dan keduanya memiliki cita-cita serupa, yakni memungkinkan masyarakat beranjak dari kursinya dan berpindah tempat saat bermain game.
"Mereka (Iwata dan Hanke) sama-sama setuju bahwa game harus menjadi sesuatu yang membuat keluarga bermain bersama, serta mengoneksikan orang-orang. Ini meninggalkan kesan yang kuat pada saya," kata neuroscientic Jepang, Ryu Kawashima. Ia dikenal atas kemunculannya di serial video Brain Age untuk Nintendo DS dan Nintendo 3DS.
Di tengah kesulitan bisnis Nintendo menghadapi penurunan penjualan konsol game, perusahaan Negeri Sakura itu akhirnya percaya kepada Niantic dalam upaya mewujudkan Pokemon Go.
Hanke mengumpulkan dana 25 juta dollar AS atau Rp 328 miliar dari Google, Nintendo, Pokemon Company, dan investor lain untuk membentuk tim Pokemon Go. Ada sekitar 40 orang yang menjadi anggota tim.
(Baca juga : Ternyata Pokemon Go Baik Untuk Kesehatan Mental)
Mendobrak stereotipe
Hanke pun akhirnya mewujudkan cita-citanya bersama Iwata. Citra gamer yang biasanya lekat dengan gaya hidup tak sehat kini bergeser pelan-pelan. Setidaknya, pemain Pokemon Go tak bisa berjam-jam diam dalam rumah, lupa makan, dan lupa bersosialisasi karena terlarut dalam game.
Hanke merancang Pokemon Go untuk memaksa gamer bergerak ke sana kemari dengan cara menyenangkan, yakni mencari monster-monster virtual di dunia nyata. Gerakan fisik pemain pun dibayar dengan temuan Pokemon dan item-item bermanfaat yang tersebar pada titik-titik Pokestop.
Selain mendorong gamer agar bergerak, Hanke juga ingin mengajak pemain untuk mengeksplor lingkungan sekitar. Dengan begitu, pemain bisa terus belajar dan mendapat pencerahan dari hal-hal yang terjadi di sekeliling.
Terakhir, Hanke berharap para pemain Pokemon Go bisa berkenalan dengan sesama komunitas pemain. Hal itu bisa terjadi saat sama-sama hendak mencari Pokemon di jalan, lalu berlanjut mengobrol hal-hal lainnya.
Pokemon Go resmi meluncur pada 6 Juli 2016 di AS, Australia, dan Selandia Baru. Meski baru hadir resmi di tiga negara, netizen negara lain bisa turut memainkan Pokemon Go.
Mereka menggunakan beberapa trik, antara lain dengan membuat akun Apple di tiga negara resmi atau mengunduh APK bagi pengguna Android.
Popularitas Pokemon Go berhasil meningkatkan nilai saham Nintendo hingga lebih dari 50 persen. Nilai perusahaan pun naik menjadi 12 miliar dollar AS atau sekitar Rp 157 triliun.
Dengan ini, ketelatenan dan fokus Hanke pada game berbasis GPS nyatanya tak sia-sia. Entah apa lagi ide "gila" Hanke yang bakal menjadi tren global selanjutnya.