Burung liar jenis honeyguide atau penuntun madu di Afrika, tepatnya di utara Mozambik, rupanya dapat menjadi bantuan berharga bagi manusia dalam mencari madu lebah.
Selain itu, burung ini menjadi bukti bahwa hewan liar mampu berkomunikasi dengan manusia. Baru-baru ini, sebuah penelitian telah membuktikannya.
Burung jenis honeyguide ini mendengarkan ketika manusia mengeluarkan suara tertentu dan mereka dapat mengerti. Mereka menyadari bahwa ketika seseorang mengeluarkan suara getaran tertentu, mereka akan bergerak dan ingin mencari sarang lebah yang berisi madu.
Hal ini pula yang dimanfaatkan oleh para pemburu lebah di Mozambik.
“Komunikasi antara binatang peliharaan dengan manusia sudah diketahui banyak orang, tetapi hal yang mengejutkan di sini adalah bahwa hewan liar seperti burung honeyguidemenggambarkan sebuah hubungan antara binatang liar dengan manusia,” kata Caludia Wascher, ahli biologi dari Anglia Ruskin University di Britania Raya.
“Hal ini belum pernah dapat dideskripsikan secara ilmiah,” imbuhnya seperti dikutip National Geographic, Kamis (21/6/2016).
Hubungan yang unik antara burung honeyguide dan manusia muncul dari kelebihan dan kekurangan kedua belah pihak. Burunghoneyguide unggul dalam melacak sarang lebah. Namun, ketika akan mengambil madunya, burung itu bisa tersengat lebah dan mati.
Manusia bisa menebang pohon dan juga mengasap sarang untuk mengusir lebah.
"Tetapi, manusia tidak terlalu bagus dalam mencari sarang lebah,” kata ketua penelitian Calire Spottoswoode, yang juga ahli biologi lapangan di University of Cambrige, Inggris dan University of Cape Town, Afrika Selatan.
Jadi, tugas burung honeyguide adalah terbang dari pohon ke pohon, memanggil dan menuntun manusia hingga mencapai sarang lebah yang penuh dengan madu. Tugas manusia atau para pemburu madu adalah mengambil madu itu.
!break!Menuntun Jalan
Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Tanzania dan Kenya menunjukkan bahwa manusia mendapatkan madu lebih banyak dengan bantuan burung honeyguide. Tetapi, untuk penelitian terbaru, Spottiswoode dan tim penelitinya ingin mencari tahu apakah komunikasi itu berjalan dua arah.
Mereka merekrut pemburu madu dari suku Yao yang tinggal di Niassa National Reserve di Mozambik. Orang-orang Yao bekerja sebagai pemancing dan petani, namun mereka hanya mendapat sedikit uang dari pekerjaan itu sehingga madu menjadi sumber mata penting untuk memenuhi kebutuhan mereka.