Menyusuri "Si Hitam" yang Misterius di Tengah Kalimantan

By , Minggu, 7 Agustus 2016 | 09:00 WIB

Speedboat melaju lebih dalam, melewati lebih banyak labirin rasau, menuju Pos Jaga Sungai Koran yang juga berfungsi sebagai guesthouse. Pos Jaga ini merupakan tempat patroli untuk petugas taman nasional, sekaligus tempat istirahat bagi pengunjung. Ada dua bangunan utama, dengan satu menara pandang untuk melihat pemandangan dari ketinggian.

"Biasanya pada sore hari, monyet, bekantan, atau orangutan bergelantungan di pepohonan belakang sana," tutur Ferry, salah satu petugas TN Sebangau yang juga ikut bersama rombongan.

Pos Jaga Sungai Koran adalah spot tepat untuk bersantai. Dibangun pada akhir 2015, pos ini punya gazebo besar untuk duduk-duduk dan menyeruput kopi. Pengunjung bahkan bisa berenang langsung di depan Pos Jaga, seperti yang dilakukan Ferry dan Abdullah.

"Turis asing suka sekali berenang di sini. Mereka tahan berenang satu jam atau lebih, padahal airnya cukup dingin," terang Abdullah.

Sekitar pukul 15.00 WIB, pengunjung akan diantar pulang ke dermaga Desa Kereng Bangkirai. Perjalanan dari Pos Jaga Sungai Koran menuju dermaga hanya sekitar 15-20 menit. (Baca pula : Pertempuran Sungai Terhebat di Negeri Jaitan Layar)

Oleh karena itu, wisata menyusuri Sungai Koran yang berwarna hitam ini bisa jadi pilihan half day trip jika Anda berkunjung ke Palangkaraya. Total perjalanan dari dan kembali ke Palangkaraya hanya butuh waktu sekitar lima jam.

"Ada pula dua spot lainnya yakni SSI dan Panggu Alas. Namun untuk mencapai keduanya, butuh waktu lebih banyak. Sekitar tiga sampai tujuh hari," papar Abdullah.

Harga sewa speedboat dari Desa Kereng Bangkirai adalah Rp 500.000 untuk PP menuju Pos Jaga Sungai Koran. Satu speedboat bisa diisi maksimal tiga orang.

"Banyak orang yang penasaran dengan sungai berwarna hitam ini. Kalau mau explore lebih jauh juga bisa, trekking ke dalam hutan dan melihat habitat asli orangutan dan satwa lainnya. Banyak wisatawan minat khusus yang datang ke sini, seperti untuk fotografi reptil. Biasanya mereka pulang dengan perasaan puas," papar Abdullah.