Bagaimana Microbeads Meracuni Kita Lewat Konsumsi Ikan?

By , Jumat, 19 Agustus 2016 | 17:00 WIB

Peneliti menemukan sebuah bukti yang mengkhawatirkan bahwa ikan kini teracuni, melihat lingkungan mereka yang kini tercemar milyaran butiran micro (microbeads) – partikel plastic kecil yang biasa ditemukan di sabun cuci muka dengan scrub, sabun mandi, dan kosmetik lainnya.

Sejumlah pemerintahan, termasuk Amerika dan Australia, tengah dalam tahap proses melepaskan masalah microbeads tersebut, namun berdasarkan penemuan mereka, para peneliti mendorong untuk melarang penggunaanya.

Kita tahu bahwa microbead seperti magnet kecil untuk polutan, dan mampu memiliki konsentrasi terhadap substansi tersebut hingga satu juta kali. Hal mencemaskan adalah melihat delapan triliun butiran plastic ini masuk ke saluran air di Amerika setiap harinya.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa racun mampu mengkontaminasi ikan secara langsung, dengan temuan RMIT University di Australia bahwa ikan mampu menyerap 12,5 persen polusi dari microbead tersebut.

“Kami mengetahui secara keseluruhan jika seseorang memakan ikan, mereka berisiko memakan polusi yang mungkin terkandung dalam ikan tersebut, “ ujar kepala investigator Bradley Clarke.

“Langkah kami selanjutnya menunjukkan impilikasi dari temuan kami pada microbead bagi kesehatan masyarakat, mencari seberapa banyak polusi yang mampu memasuki rantai makanan manusia.”

Microbead dalam jumlah besar terdapat pada berbagai produk kosmetik, dari scrub wajah hingga pasta gigi. Mereka adalah bola-bola plastic ultra-kecil yang terasa kasar ketika kita gunakan. Selama kita tidak menelan mereka, kebanyakan orang beranggapan bahwa butiran plastic kecil itu tidaklah berbahaya.

Namun semuanya berubah ketika microbead mengalir ke laut, dimana ikan tak mampu menghindarinya dan mengkonsumsi mereka, karena mereka sangat kecil.

Microbead ini akan mengendap di perut ikan, dan seperti plastic lainnya, mereka akan berubah menjadi zat kimia beracun, yang kita tahu mampu memicu masalah syaraf, mengurangi fungsi imun, dan masalah fertilitas.

Untuk membuktikannya, Clarke dan timnya memberikan microbead pada ikan pelangi Sungai Murray yang mengandung polybrominated diphenyl ethers (PBDEs) dengan tingkat konsentrasi yang sama dengan yang ada di dunia nyata.

Mereka menguji jumlah PBDE pada ikan 21 hari dan membandingkannya dengan kontrol kelompok ikan yang tidak memakan microbead tersebut.

Hasilnya menunjukkan bahwa 12,5 persen PBDE dalam microbead masuk dalam jaringan tubuh ikan, dan hal itu tentu menjadi masalah karena ikan-ikan itu memakannya.

“Penelitian kami menunjukkan keberadaan polutan organic yang terakumulasi dalam jaringan tubuh ikan yang memakan microbeads tersebut,” ujar Clarke.

Peneliti belum dapat membuktikan polutan ini berbahaya bagi sistem tubuh manusia dari ikan yang kita makan, dan mereka masih membutuhkan replikasi hasil ini dengan lebih dari spesies ikan lainnya.

Dengan adanya potensi masalah kesehatan pencernaan akibat dari zat kimia PBDE, para peneliti mengatakan untuk menahan penggunaan microbeads tersebut.

Dasarnya, kita adalah apa yang kita makan, dan bukan hal yang baik ketika ikan yang terlihat sehat untuk makan malam kita ternyata penuh dari polutan.

“Akan baik jika kita melihat pelarangan penggunaan microbead, dan perusahaan-perusahaan investasi biaya mereka untuk biaya perbaikan. Microbeads harus menjadi produk yang tidak berada di posisi pertama,” ujar Clarke pada The Sydney Morning Herald.

“Kita tidak pelu menunggu satu atau dua tahun untuk pelarangan produk ini, karena dalam waktu yang sama, milyaran lebih microbeads akan mencemari lingkungan.”

Penemuan tim ini dipublikaskan dalam Enviromental Science and Technology.