Bagaimana Musik Mampu Tingkatkan Fungsi Otak?

By , Minggu, 28 Agustus 2016 | 18:00 WIB

Orang yang bermain musik tidak hanya memiliki IQ yang lebih tinggi, tapi juga memiliki kemampuan memecahkan masalah yang lebih baik, dan lebih bisa multitasking daripada yang tidak bermain musik.

Sebuah penelitian menunjukkan, fungsi otak eksekutif, prediktor kesuksesan akademik yang terkuat, terlihat lebih cemerlang pada mereka yang gemar bermusik.

Beberapa penelitian sebelumnya, walau tidak menunjukkan hubungan langsung, juga membuktikan bahwa bermain musik membuat orang menjadi lebih pintar.

Baca juga: Narsisme Visual di Instagram Berdampak Buruk Bagi Kesehatan Mental

Status sosial ekonomi adalah prediktor nilai sekolah, yang juga merupakan prediktor kemampuan membayar pelajaran bermusik. Diduga juga, orang-orang yang memiliki kesabaran dan bakat untuk bermusik adalah orang-orang yang memiliki kesabaran dan bakat untuk mendapatkan nilai yang baik. Korelasi ini ada namun tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat.

Salah satu studi yang meneliti hubungan antara bermusik dengan kemampuan berpikir adalah studi pada tahun 2011 yang menguji IQ anak-anak usia sembilan sampai 12 tahun, yang bermusik dan yang tidak.

Para peneliti menguji indikator fungsi otak eksekutif, yaitu kemampuan mereka dalam berpikir tingkat tinggi. Indikator-indikator tersebut mencakup kemampuan mereka untuk multitasking, membuat keputusan yang baik, menghambat perilaku buruk, dan memecahkan masalah.

Peneliti menemukan, bahwa anak-anak yang bermusik memiliki indikator fungsi otak eksekutif yang lebih baik dibanding anak lain yang tidak bermain musik.

Peneliti E. Glenn Schellenberg, dari University of Toronto Mississauga, menemukan korelasi antara musik dan IQ namun hubungan antara musik dan fungsi eksekutif tidak meyakinkan.

"Hasil penelitian tidak memberikan dukungan untuk hipotesis bahwa hubungan antara musik dan IQ dimediasi oleh fungsi eksekutif," tulis Schellenberg. Namun ahli saraf di balik penelitian saat ini tidak begitu yakin tentang hal itu.

Tim dari Rumah Sakit Anak Boston ingin mengimbangi kekurangan penelitian lainnya. Jadi mereka menghapus dua variabel penting, mencocokkan peserta 57 studi dan memasukkannya dalam kontrol dan uji kelompok berdasarkan kesetaraan IQ dan latar belakang sosial ekonomi.

Pada akhirnya, mereka mendapatkan dua kelompok anak-anak dan dua kelompok orang dewasa yang serupa dalam banyak hal, kecuali satu kelompok memiliki latar belakang musik yang signifikan dan yang lain memiliki sangat sedikit latar belakang musik.

Para peneliti kemudian mengamati otak mereka melalui MRI sementara para peserta penelitian mengerjakan serangakain kuis. Hasilnya, otak para pemusik lebih aktif daripada bukan pemusik. Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal PLoS One.