Nationalgeographic.co.id—Ungkapan "senyum sinis" biasa digunakan untuk menggambarkan senyum pahit atau menghina. Ungkapan ini ternyata berakar pada tanaman yang sangat beracun yang berasal dari pulau Mediterania Sardinia.
Menyeramkan dan tidak nyaman untuk dipandang. Mungkin ini yang muncul di pikiran orang jika melihat senyum Joker, tokoh dalam DC Comics. Atau badut Pennywise yang tersenyum sinis dan menakutkan. Seringai sinis ini juga sering kita lihat di film horor atau pembunuhan.
Namun di balik senyum canggung dan mengganggu itu terdapat kisah yang menarik. Hemlock, memainkan peran penting dalam sejarah senyum pembunuh berantai yang menyeramkan ini. Tanaman ini sering dikaitkan dengan peristiwa bunuh diri paksa filsuf Yunani kuno Socrates.
Menurut penulis modern (seperti Mauro Ballero) dan penulis kuno (seperti Plato), ramuan beracun yang disebut "water-dropwort" tumbuh di seluruh Mediterania. Sebagian besar dapat ditemukan di pulau Sardinia.
Tetapi mengapa hemlock dikaitkan dengan seringai sinis? Dari hasil penelitian arkeologi, diketahui bahwa tanaman ini digunakan oleh para pembunuh bayaran sejak lama.
Setetes ramuan hemlock beracun sudah cukup untuk melumpuhkan target sepenuhnya. Ini membuat otot-otot korban menjadi kencang, membuatnya tidak mungkin untuk bergerak. Dan pada akhirnya senyum tidak nyaman akan muncul di wajah korban. Karena otot membeku, wajah korban akan tetap seperti itu. Sementara itu, si pembunuh menyelesaikan “pekerjaannya”.
Hemlock beracun juga digunakan untuk tujuan lain yang tidak terlalu sadis, meskipun sangat tidak bermoral. Hemlock digunakan oleh orang Fenisia dari Sardinia kuno untuk melakukan eutanasia secara paksa pada orang yang sudah lanjut usia. Para orang tua ini biasanya sudah tidak dapat mengurus dirinya sendiri.
Ramuan dicampurkan ke dalam minuman orang tua. Ketika racun mulai bekerja, ia akan dibunuh dengan berbagai metode. Yang paling sering muncul dalam catatan kuno adalah pukulan yang mematikan dengan menggunakan batu besar.
Seringai akan memberikan kesan “terima kasih” kepada orang yang melakukan eutanasia. Apakah benar hemlock digunakan untuk “meringankan” kematian para orang tua? Hal ini masih menjadi perdebatan. Muncul banyak pertanyaan soal apakah ini merupakan “pembunuhan belas kasihan” atau pembunuhan untuk menguasai harta. Tradisi ini tersebar luas di Sardinia, jadi apakah praktik ini diterima oleh masyarakat tanpa argumen?
Praktik serupa muncul tidak hanya di Sardinia tetapi juga di seluruh Yunani kuno. Di Yunani, tanaman ini digunakan untuk mengeksekusi terpidana pelanggar hukum. Socrates, meskipun "kesalahannya" masih diperdebatkan, adalah salah satu contoh utama.
Dalam kasus khusus ini, penggunaan hemlock dianggap sebagai bentuk bunuh diri paksa. Di sini pelanggar hukum meminum racun dengan kesadaran penuh akan apa yang terjadi selanjutnya.
Dalam kasus Socrates, hemlock tidak digunakan agar ia dapat dibunuh dengan metode lain. Catatan penggunaan hemlock menunjukkan bahwa ramuan itu juga bisa menjadi racun yang mematikan. Ini tergantung dari berapa banyak hemlock digunakan dalam ramuan. Begitulah yang terjadi—sejauh yang diketahui saat ini—dengan kematian Socrates.
Seringai sinis ini tidak selalu diasosiasikan dengan hemlock. Risus sardonicus atau senyum meringis, muncul dalam beberapa kasus keracunan tetatus atau strychnine. Kondisi ini menyebabkan kejang otot wajah yang sangat khas, abnormal, dan terus-menerus yang tampak menghasilkan seringai.
Saat ini, "senyuman sinis" telah menjadi istilah yang paling sering digunakan untuk menggambarkan seringai. Senyum yang tidak pernah sampai ke mata dan yang memberikan kesan "senyuman gantungan baju".
Terlihat dipaksakan, menyakitkan, dan juga tidak nyaman untuk dilihat. Istilah ini juga tetap menjadi metafora yang umum digunakan di kalangan sastra.
Baca Juga: Spesies Baru Laba-Laba Ini Diberi Nama Mirip Vokalis Rock dan Joker