Ahli biologi terkejut melihat fosil hagfish (ikan purba pemakan bangkai) berusia 300 juta tahun lalut. Berdasarkan penelitian pada fosil, terungkap bahwa hewan pernah memiliki mata. Namun, evolusi telah membuat mereka kehilangan indera berharga tersebut.
Penemuan ini menantang ilmuwan untuk berpikir tentang asal-usul mata hagfish. Kehidupan hagfish tidak banyak berubah dari hagfish purba. Para ilmuwan berpikir bahwa mata hagfish modern yang buta mewakili semacam langkah di tempat minim cahaya pada banyak invertebrata, dan mata kamera seperti vertebrata, termasuk manusia.
"Bentuk badan yang lebih besar membuat penguin lebih efisien dalam menghasilkan panas, mampu menyelam lebih dalam dan lebih lama, juga mereka bisa menargetkan mangsa yang lebih besar," jelas Daniel Ksepka
Sarah Gabbott dari Unversitas Leicester, Inggris meneliti fosil ikan berbatu menggunakan mikroskop electron. Ia menemukan sisa-sisa struktur yang mengandung pigmen dalam mata ikan. Struktur ini memungkinkan hewan dapat dibedakan dalam bentuk dan gambar, Gabbott dan rekan-rekannya melaporkan hasil penelitian dalam Prosiding Royal Society B edisi bulan Agustus 2016.
"Saya sangat tertarik melihat mata itu yang terdiri atas ratusan bola kecil atau struktur berbentuk elips ... mirip bakso dan sosis ukuran mikro," kata Gabbott.
Hagfish modern kekurangan struktur satu ini, mereka hanya memiliki semacam bentuk aneh di letak seharusnya mata berada. Jaringan retina yang terawat baik pada hagfish purba menunjukkan suatu kemunduran pada pengelihatan hagfish. Fenomena ini biasa dikenal sebagai evolusi regresif.
Kita sering berpikir bahwa evolusi merupakan proses akumulasi, namun tidak pada proses kemunduran, yang tak dianggap sebagai bagian evolusi. Kemunduran terjadi ketika kehilangan kemampuan menjadi lebih besar dari manfaat. Pada kasus ini, kehilangan mata, tampaknya, kehilangan dan kemunduran yang cukup berharga.
Beberapa spesies hewan yang tinggal di gua termasuk ikan, kepiting, dan salamander, telah berevolusi menjadi buta dengan struktur mata yang memburuk. Tahun lalu, sebuah studi pada cavefish (ikan gua), menemukan bahwa penggunaan indera pengelihatan dan pemrosesan visual di otak ikan dapat mencapai lima hingga 17 persen dari total konsumsi energi hewan.
Penguin, Burung yang Tak Bisa Terbang
Dahulu, nenek moyang penguin mampu untuk terbang. Mereka kehilangan kemampuan tersebut setelah punahnya dinosaurus besar. Penguin tertua, dengan fosil sekitar 60 juta tahun lalu, sudah menjadi perenang yang tak bisa terbang, walaupun memiliki sayap yang gemuk.
Penguin modern mewarisi ciri dari kerabat mereka yang dapat terbang, seperti tulang sayap, tulang dada yang dipenuhi otot dan bulu pada sayap. Kehilangan kemampuan terbang membuat penguin lebih cocok dengan lingkungan mereka, yang berarti burung bisa berkembang lebih besar.
"Bentuk badan yang lebih besar membuat penguin lebih efisien dalam menghasilkan panas, mampu menyelam lebih dalam dan lebih lama, juga mereka bisa menargetkan mangsa yang lebih besar," jelas Daniel Ksepka, seorang ahli paleontologi sekaligus ahli biologi evolusi vertebrata dari Museum Bruce, Connecticut.
Ular yang Kehilangan Kaki
Banyak bukti menunjukkan bahwa dahulu, ular memiliki bagian tubuh. Hingga era modern, para peneliti terus berdebat apakah ular telah berevolusi dari nenek moyang berkaki panjang yang hidup di darat atau di laut. Baru-baru ini, sebuah artikel tahun 2015 dalam jurnal Science Advances menjawab perdebatan ini. Peneliti menggunakan CT scan secara rinci dalam membandingkan model 3-D virtual dari telinga bagian dalam fosil ular yang hidup di air atau di darat, kadal dan kerabatnya.