Menyulap Sampah Menjadi Energi Alternatif

By , Minggu, 9 Oktober 2016 | 15:00 WIB

Kompetisi Toyota Eco Youth 10 memasuki tahap Genba, yaitu kunjungan dewan juri ke sekolah-sekolah yang berhasil lolos ke babak 25 besar. Selama kunjungan, para juri meninjau langsung proyek yang sudah dibuat oleh finalis. SMAN 34 Jakarta menjadi sekolah yang pertama didatangi oleh dewan juri yang terdiri dari pihak Toyota, National Geographic Indonesia dan juga HAI Magazine, pada Selasa (04/10) lalu.

Dalam kesempatan itu, tim SMAN 34 yang terdiri dari Aloysia Elva dan Reihana Zahra mempresentasikan proses dan hasil proyek mereka di hadapan tim juri. Setelah presentasi dan sesi diskusi singkat, tim juri pun menilik proyek tim tersebut.

Simak juga Ilalang Berpotensi Jadi Bahan Bakar Alternatif

SMAN 34 ini memiliki proyek yang berjudul Instalasi PolaPENA, yaitu Pengolahan Limbah Organik Penghasil Energi Alternatif. Limbah organik mereka dapat dari limbah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang berasal dari kantin sekolah. Sekedar informasi, IPAL ini juga merupakan proyek yang dibuat oleh tim SMAN 34 dan menjadi pemenang di TEY 8.

Selain dari kantin, limbah organik juga didapat dari peternakan yang berada di sekitar sekolah, serta sampah dedaunan dari lingkungan sekolah dan sekitarnya. Sebagai sekolah adiwiyata, SMAN 34 memang mengedepankan suasana sekolah yang asri dengan banyak pepohonan rimbun di dalam lingkungannya. Adanya pepohonan membuat sekolah sejuk, namun di sisi lain sampah dedaunan yang gugur menjadi masalah tersendiri. 

Simak juga Solarifish Box, Tempat Menjemur Ikan nan Efisien

Berangkat dari permasalahan itu, proyek tim ini berfokus pada pengolahan limbah-limbah organik hingga dapat menghasilkan biogas atau metana yang dapat digunakan sebagai energi alternatif.

Tim SMAN 34 yang terdiri dari Aloysia Elva dan Reihana Zahra mempresentasikan proses dan hasil proyek mereka di hadapan tim juri TEY 10. (Dok. TEY)

"Saya cukup kagum dengan perkembangan SMAN 34 Jakarta. Jika dibandingkan dengan dua TEY sebelumnya, ada sesuatu yang baru dalam proyek mereka kali ini," ujar Didi Kaspi Kasim, salah satu juri TEY-10.  

Didi menilai, melalui proyek ini, tim SMAN 34 bukan hanya sukses mengatasi masalah lingkungan di sekolah mereka, melainkan juga berhasil menyuplai biogas dan mendistribusikannya untuk dijual ke pedagang-pedagang di kantin sekolah. 

Baca juga Tempat Sampah Kreatif, Mengedukasi Pemilihan Sampah

Selain itu, keterlibatan warga sekolah dalam proyek ini juga tergambar jelas dengan diberlakukannya jadwal piket siswa untuk mengumpulkan sampah dedaunan di lingkungan sekolah.

"Proyek ini mampu memberikan solusi bagi permasalahan-permasalahan lingkungan yang ada di SMAN 34," ujar Pemimpin Redaksi National Geographic Indonesia tersebut. 

Pemilihan tema "EcoSocioPreneur” yang diusung pada TEY ke-10 memang bertujuan untuk mengarahkan generasi muda untuk menerapkan pola pikir positif dalam menghadapi berbagai permasalahan lingkungan di sekolah dan sekitarnya. Selain itu, juga untuk mendorong daya cipta dan kreasi mereka agar bisa mengubah masalah lingkungan menjadi peluang bisnis di masa depan.