Stephen Hawking: Kecerdasan Buatan Bisa Jadi Hal Terbaik atau Terburuk Bagi Umat Manusia

By , Minggu, 23 Oktober 2016 | 12:00 WIB

Dalam kuliah di Universitas Cambridge pekan ini, Stephen Hawking mengemukakan klaim berani bahwa penciptaan kecerdasan buatan akan menjadi yang hal terbaik, atau hal terburuk, yang pernah terjadi pada umat manusia.

Kuliah umum tersebut diselenggarakan dalam rangka merayakan pembukaan Leverhulme Centre of the Future of Intelligence, yang dihadiri oleh beberpapa ilmuwan yang siap menjawab berbagai pertanyaan tentang masa depan robot dan kecerdasan buatan.

“Kita menghabiskan banyak waktu untuk belajar, yang sebagian besar adalah sejarah kebodohan,” kata Hawking dalam kuliahnya.

Baca juga: Stephen Hawking Pastikan Akan Pergi Ke Luar Angkasa

“Pengembangan kecerdasan buatan sepenuhnya bisa diartikan sebagai akhir umat manusia.”

Ia menambahkan, meskipun semua waktu dihabiskan untuk melihat kembali kesalahan masa lalu, namun kita tampaknya membuat kesalahan yang sama berulang-ulang.

Ini bukan kali pertama Hawking mengkhawatirkan kecerdasan buatan. Tahun lalu, ia bersama Elon Musk dan ratusan ilmuwan lain menulis surat terbuka yang meminta pemerintah untuk melarang senjata otomatis yang suatu saat mungkin saja menyerang balik manusia.

Sebelumnya, pada 2014 ia juga pernah berkata, “Pengembangan kecerdasan buatan sepenuhnya bisa diartikan sebagai akhir umat manusia.”

Dalam kesempatan ini, Hawking mengakui bahwa dirinya masih khawatir tentang senjata otomatis nan ampuh, yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan.

Di sisi lain, kata Hawking, jika kita bisa memikirkan dan mengatasi masalah ini sekarang, kecerdasan buatan juga memiliki potensi dimanfaatkan untuk hal-hal baik.

“Kita tidak bisa memprediksi apa yang mungkin kita capai ketika pikiran kita diperkuat oleh kecerdasan buatan,” ujarnya.

“Kecerdasan mesin akan menjadi salah satu tema yang mendefinisikan abad kita. Yang menjadi tantangan bersama adalah, memastikan bahwa kita memanfaatkannya untuk hal-hal baik.”

Ia melanjutkan, mungkin, dengan perangkat revolusi teknologi terbaru ini, kita bisa ‘membatalkan’ beberapa kerusakan yang terjadi di alam akibat industrialisasi. Selain itu, tentu saja, kita akan berusaha membasmi penyakit dan kemiskinan.

Leverhulme Centre, menerima hibah sebesar 12 juta dolar AS untuk menjalankan proyek penelitian yang akan meningkatkan potensi masa depan kecerdasan buatan, namun tetap berhati-hati dalam menangani risikonya.

Leverhulme Centre sebagian terinspirasi oleh Centre for Existential Risk di University of Cambridge, yang berfokus pada berbagai ancaman, seperti perubahan iklim dan perang. Bedanya, Leverhulme Centre akan berfokus pada dampak yang timbul akibat mesin yang bisa berpikir dan belajar seperti manusia.

“Kecerdasan mesin akan menjadi salah satu tema yang mendefinisikan abad kita. Yang menjadi tantangan bersama adalah, memastikan bahwa kita memanfaatkannya untuk hal-hal baik,” ujar Direktur Leverhulme Centre, Huw Price.

Baca juga: Stephen Hawking Dukung Proyek untuk Temukan Kehidupan di Antariksa

Mengingat saat ini Google telah mengembangkan kecerdasan buatan yang bisa belajar dari memorinya sendiri; Elon Musk khawatir manusia akan jadi ‘boneka’ kecerdasan buatan di masa depan, dan sistem komputer telah menyaingi anak berusia empat tahun dalam tes IQ, maka sudah jelas bahwa dampak kecerdasan buatan harus segera dipikirkan sejak sekarang.

Seperti yang dikatakan Hawking, “Kecerdasan buatan mungkin akan berakhir menjadi hal krusial bagi masa depan peradaban dan spesies kita.”