Empat Prediksi Politik yang Meleset Paling Terkenal Sepanjang Sejarah

By , Rabu, 9 November 2016 | 16:00 WIB

Menjelang pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah, kita sering menjumpai berbagai survei yang menampilkan prediksi hasil pemilihan. Sayangnya, tak semua survei berlandaskan pada metode ilmiah. Politisi, jurnalis dan lembaga survei juga pernah salah prediksi. Berikut ini beberapa prediksi politik yang meleset paling terkenal sepanjang sejarah.

Gerakan bawah tanah Napoleon

Ketika Republik Kedua Prancis menghelat pemilihan presiden pertama pada tahun 1848, kaum elit berpikir bahwa Jenderal Louis Eugène Cavaignac akan dengan mudah mengalahkan saingannya, Louis-Napoleon Bonaparte, yang merupakan keponakan dari Napoleon I.

Secara mengejutkan, pemenangnya justru Bonaparte. Dengan mengunggulkan kombinasi antara naluri kerakyatan dan pertahanan hukum serta ketertiban, dengan kharismanya sebagai keponakan Napoleon I, ia memenangkan hati masyarakat pedesaan.

Bonaparte merupakan presiden pertama dan terakhir republik tersebut. Sebab, empat tahun kemudian, ia mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar.

Roosevelt menang lagi

Tahun 1936, media mingguan Literary Digest begitu percaya diri meramalkan bahwa Republik Alf London akan mengalahkan Partai Demokrat yang berkuasa dibawah pimpinan Franklin Delano Roosevelt . Prediksi tersebut meleset. Roosevelt justru memenangkan pemilihan diseluruh negara, kecuali dua negara bagian, dan memenangkan dua pemilihan presiden selanjutnya.

Kesalahan prediksi tersebut disebabkan survei yang tidak ilmiah. Literary Digest menyimpulkan hanya berdasarkan survei telepon dan kartu pos. “Survei itu tidak memiliki sampel ilmiah, mirip seperti survei internet yang sering bertebaran di era sekarang,” kata Allan Lichtman, profesor di American University yang telah berhasil memprediksi dengan benar setiap pemilihan presiden AS sejak tahun 1984.

Churchill memenangkan perang, tapi kalah pemilihan

Pada musim panas tahun 1945, peringkat persetujuan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill amat tinggi. Tak heran, ia baru saja membawa pasukan Sekutu memenangkan perang di Eropa.

Prestasinya yang gemilang di medan perang membuat para politisi dan komentator begitu yakin bahwa Churchill yang mewakili Partai Konservatif bakal memenangkan pemilihan umum.

Namun ternyata, Churchill justru kalah telak atas Partai Buruh dalam pemilihan umum. Paul Addison, penulis Churchill: The Unexpected Hero, untuk BBC mengungkapkan, Churchill memang populer sebagai pemimpin militer, tetapi para pemilih lebih menyukai Partai Buruh. Sebab, ketika Churchill fokus untuk memenangkan perang dari tahun 1940-1945, justru Partai Buruh yang lebih “turun tangan” membantu rakyat.

“Dewey Defeats Truman”