Orang-orang Kristen terakhir yang berada di wilayah tersebut bermigrasi dari Kapadokia karena adanya trakat, suatu Perjanjian Lausanne pada tahun 1924-1926, mereka meninggalkan arsitektur bangunan yang indah nan bersejarah.
Baca Juga: Kisah Alfred Rambaldo, Orang Belanda Pertama yang Terbang dengan Balon Udara di Batavia
Secara berangsur-angsur, eksotisme alam dan sejarah Kapadokia, mulai dari gua dan gaya arsitektur lawasnya, menjadi tujuan wisata, baik lokal maupun Mancanegara.
Seiring dengan berkembangnya sektor industri pariwisata, Raks (Cassette Tape Company) menggagas balon udara pertama yang dibawa ke Kapadokia sekitar tahun 1984.
Sebagaimana dilansir dari laman resmi Urgup Ballons, artikelnya berjudul History of Ballooning in Cappadocia, menjelaskan tentang asal mula industri balon udara komersial di sana.
Mulanya, balon udara diterbangkan tanpa awak sebagai tujuan pemasaran. Maklum, Raks bergerak dalam industri pemutar kaset, bukan wisata balon udara. Balon udara yang terbang di ketinggian, mengeluarkan suara dari kaset yang sedang dipasarkan oleh Raks Company.
Barulah sekitar tahun 1985-1986, Asosiasi Penerbangan Turki (THK) memesan balon komersial pertama dan mulai melatih pilot balon udara, guna melakukan penerbangan komersial.
Baca Juga: Foto-foto Aerial dari Tahun 1907 Ini Dipotret oleh Burung Merpati
Pada tahun 1988, sebagai bagian dari Proyek Persahabatan Turki-Amerika, pemilik Majalah Forbes yang juga salah satu manusia terkaya di muka bumi, Malcolm Forbes, menjadi panumpang balon terbang pertama di Kapadokia.
"Ia terbang dengan balon udara yang bernama Suleiman the Magnificent sebagai bagian dari kontribusinya memasarkan pariwisata balon di Kapadokia, hingga dikenal di seluruh dunia," pungkasnya.
Berkat jejak historisnya, keindahan geografisnya, bentangan alam yang menakjubkan, menjadikan Kapadokia sebagai pusat pariwisata balon yang paling terkenal di seluruh dunia.