Hewan Dapat Merasakan Rasa Sakit Seperti Manusia

By , Jumat, 9 Desember 2016 | 08:00 WIB

Seekor kelinci akan merapatkan telinganya dan memicingkan matanya sebagai bentuk dari "grimace scale" untuk memberitahu kita jika hewan tersebut sedang dalam keadaan tidak nyaman.

Rasa sakit adalah sebuah pesan: Rasa tersebut memberitahu kita bahwa ada masalah yang perlu kita pedulikan.

Manusia dapat mengekspresikan rasa sakit, tetapi hewan membutuhkan waktu yang lebih sulit untuk mengekspresikannya. Hal ini mendorong sebuah pertanyaan Weird Animal Question of the Week: "Apakah para binatang juga merasakan rasa sakit yang sama seperti kita, dan bagaimana kami bisa menjelaskannya?"

Tunjukkan pada kami bagian mana yang terluka 

Para mamalia memiliki jaringan syaraf, neurokimia, persepsi dan emosi yang sama, semua itu menyatu ketika mengalami rasa sakit, kata Marc Bekoff, seorang ahli biologi evolusioner dan seorang penulis.

Masih belum diketahui apakah para mamalia merasakan rasa sakit yang sama seperti kita, ujar Bekoff. Namun, bukan berarti mereka tidak mengalaminya.

Ada beberapa petunjuk tentang bagaimana para binatang terutama binatang peliharaan dapat menyampaikan rasa sakit fisik yang dideritanya.

Misalnya, anjing peliharaan Dorothy Brown merasakan sakit pada tungkai kakinya yang diamputasi setelah tertabrak oleh mobil.

"Dia akan tertidur dengan cepat dan melompat lalu menangis ketika melihat ke arah kakinya yang teramputasi," kata Brown, ia saat ini mengajar ilmu bedah di Rumah Sakit Hewan University of Pennsylvania, tempat Foster dirawat. Manusia yang diamputasi juga pasti mengalami hal serupa seperti anjing perliharaan Brown.

Brown menambahkan, para dokter hewan juga mengandalkan pengamatan pada sang pemilik untuk melaporkan kepada mereka jika ada perubahan tingkah laku hewan peliharaan. Perubahan tersebut dapat mengindikasikan kondisi rasa sakit, seperti tidak lagi berloncatan di sofa atau kehilangan nafsu makan.

Para ilmuwan telah mengembangkan "grimace scales", metode ini awalnya digunakan untuk anak-anak, tikus kecil, kelinci, tikus besar, dan kuda. Setiap hewan menampilkan perubahan fisik tertentu saat terindikasi rasa sakit. Semisal pada kelinci-kelinci yang sakit, kumis mereka berubah menjadi kaku, mata terlihat menyempit, dan mereka merapatkan telinga mereka ke belakang.

Sehingga ada beberapa penjelasan dibalik pemilik dan dokter hewan yang menyatakan bahwa, "Saya dapat melihat hal tersebut di mata mereka dan saya dapat melihat hal tersebut di wajah mereka," ujar Brown.

Saya Dapat Merasakannya

Menafsirkan rasa sakit menjadi lebih menantang dengan binatang non-mamalia seperti reptil. Mereka tidak memiliki ekpresi wajah seperti mamalia. Beberapa dari mereka bahkan tidak memiliki kelopak mata,ungkap Bree Putman melalui email, seorang rekan pascasarjana dari Natural History Museum of Los Angeles.

Namun, bukan berarti mereka tidak merasakan sakit: "Reptil, amfibi, dan ikan memiliki susunan saraf yang diperlukan untuk merasakan rasa nyeri, menurut buku Pain Management in Veterinary Practice.

Reptil menghindari rangsangan rasa sakit dan obat-obatan pereda rasa sakit - kedua hal tersebut menunjukkan bahwa reptil mengalami rasa nyeri, kata Putman.

Di alam liar, spesies mangsa seperti kelinci menghindari menunjukkan rasa sakitnya agar mereka dapat lolos dari predator, kata Brown.

Bekoff mengatakan, hal yang sama juga berlaku untuk predator, seperti serigala. Satwa yang menunjukkan rasa sakit atau kelemahan, akan membuat mereka rentan menjadi mangsa para predator.

Burung memiliki reseptor rasa sakit, kata Bekoff, dan mereka dapat merasakan sakit seperti yang mamalia rasakan. Menurut sebuah penelitian pada tahun 2000, ayam yang pincang memilih makanan yang mengandung pereda rasa sakit ketika mereka dibiarkan memilih sendiri makanan mereka.

Makhluk Yang Hebat dan Kecil

Terlepas dari spesies hewan, dokter hewan mampu mengobati pasien mereka dengan cara "mempertimbangkan fakta bahwa ini bisa menjadi hal yang menyakitkan,"menurut Brown.

Termasuk kura-kura Galapagos, dimana mereka terkadang mampu melukai diri mereka saat berhubungan seks.

"Jika si jantan jatuh dari sang betina setelah kawin,” katanya, para raksasa tersebut dapat memecahkan cangkang mereka bahkan kaki mereka sendiri. “Itu pasti menyakitkan!"