Menyelidiki Atmosfer di Sepupu Terdekat Bumi

By , Rabu, 8 Februari 2017 | 11:00 WIB

Ada ribuan planet yang sudah ditemukan. Tapi pengamatan tidak berhenti sampai planet ditemukan. Pengamatan lanjut dilakukan untuk mengetahui apakah planet punya atmosfer dan bagaimana komposisinya. Itu yang dilakukan pada exoplanet GJ 1132b.

Exoplanet GJ 1132b ditemukan tahun 2015 mengitari bintang GJ 1132 yang berada pada jarak 39 tahun cahaya dari Bumi. Karena terhitung bintang dekat, maka “cukup mudah” bagi para astronom untuk bisa melakukan penelitian lebih lanjut.

Saat exoplanet GJ 1132b ditemukan, planet ini diketahui memiliki massa dan ukuran yang hampir sama dengan Bumi, yakni 1,6 massa Bumi dan 1,16 kali ukuran Bumi. Awalnya para astronom menduga kalau planet ini merupakan kembaran Bumi. Akan tetapi, dari karakteristik awal, tampaknya GJ 1132b justru lebih mirip Venus. Karena itu exoplanet ini dianggap sebagai saudara kembar Venus. Tapi, karena karakteristiknya mirip juga dengan Bumi maka bisa dikatakan kalau planet ini merupakan sepupu terdekat Bumi yang sudah ditemukan.

Exoplanet GJ 1132b mengorbit bintang induknya dari jarak yang sangat dekat yakni 2,2 juta km. Jauh lebih dekat dari jarak Merkurius, 57 juta km. Meskipun bintang yang dikitari lebih dingin karena merupakan bintang katai merah, pada jarak sedekat itu exoplanet GJ 1132 b diperkirakan masih sangat panas dan bernasib sama dengan Venus.

Tapi untuk bisa mengetahui kondisi planet GJ 1132b, para astronom hanya bisa memperolehnya dari cahaya yang datang dari bintang. belum ada teknologi yang bisa membawa manusia ke luar dari Tata Surya dan menyambangi setiap exoplanet. Dari parameter awal yang sudah diketahui, para astronom menduga kalau GJ 1132b memiliki atmosfer meskipun planet ini panasnya mencapai 232º Celsius.

Pertanyaannya apakah atmosfernya tebal dan pekat ataukah tipis dan renggang?

Pemodelan Atmosfer di GJ 1132b

Menurut hasil pemodelan yang dilakukan Laura Schaefer dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics’, GJ 1132b memiliki atmosfer tipis dan renggang. Ini merupakan hasil evolusi exoplanet tersebut selama mengorbit bintang induknya. Exoplanet GJ 1132b diperkirakan memulai hidupnya dengan atmosfer yang kaya air. Akan tetapi, lokasinya yang sangat dekat dengan bintang membuat planet ini terus menerus terekspos sinar ultraungu bintang sehingga molekul air yang ada di atmosfer terurai kembali menjadi hidrogen dan oksigen. Hidrogen yang lebih ringan kemudian lepas di angkasa sedangkan oksigen tetap berada di planet tersebut.

Jika planet ini dingin, keberadaan oksigen bisa menjadi tanda kehidupan. Tapi kondisi yang super panas di GJ 1132b, oksigen di sini justru jadi pertanda kalau planet ini sedang dipanggang dan disterilisasi. Atau.. seperti halnya Venus, exoplanet GJ 1132b juga mengalami efek rumah kaca berlebihan dan akibatnya, permukaan planet ini akan tetap cair selama milyaran tahun.

Perlu diingat ini bukan seperti lautan di Bumi. GJ 1132b diperkirakan memiliki lautan magma yang panas yang terus berinteraksi dengan atmosfer dan menyerap sepersepuluh oksigen yang ada. Sisa oksigen yang 90% diperkirakan lepas ke angkasa meski masih ada yang tetap bertahan.

Pengamatan Atmosfer di GJ 1132b

Dari ukurannya, sekelompok astronom dari Eropa yang dipimpin oleh John Southworth dari Universitas Keele di Inggris menduga kalau atmosfer di GJ 1132b cukup tebal. Akan tetapi, untuk mengetahui lebih lanjut tentu perlu dilakukan pengamatan.

Atmosfer di exoplanet pertama kali berhasil ditemukan 15 tahun lalu, dan sejak itu para astronom sudah bisa mengamati atmosfer di exoplanet. Akan tetapi semua planet tersebut merupakan planet gas raksasa. Kali ini, para astronom mencoba melakukan pencarian atmosfer pada planet yang jauh lebih kecil. Planet seukuran Bumi.