Nationalgeographic.co.id—Apakah Anda pernah memperhatikan ketika anak kecil sedang berkonsentrasi, ia menjulurkan lidahnya tanpa disadari. Misalnya saat ia belajar menulis.
Namun hal ini tidak terjadi pada anak-anak saja. Orang dewasa juga menjulurkan atau menekan lidah mereka ke langit-langit mulut saat melakukan tugas yang sulit.
Jadi apa hubungan konsentrasi tinggi dengan menjulurkan atau menjepit lidah?
Menurut Gillian Forrester, profesor kognisi komparatif dari Universitas London, menjulurkan lidah dilakukan ketika seseorang melakukan pekerjaan yang membutuhkan aktivasi motorik halus dari tangan.
Teori motor overflow menjelaskan soal kebiasaan unik ini. Neuroimaging mengungkapkan bahwa wilayah otak yang dikhususkan untuk bahasa tumpang tindih dengan jaringan saraf yang ditujukan untuk ketangkasan dan penggunaan alat.
Motor overflow menunjukkan bahwa neuron yang bekerja di daerah ketangkasan sangat aktif. Sehingga neuron ini meluap ke jaringan saraf di sebelahnya yang mengarahkan mulut. Sehingga ketika Anda sangat fokus pada tugas motorik halus, efeknya "melimpah" ke wilayah bahasa, melibatkan mulut serta lidah.
Tangan dan lidah adalah satu-satunya artikulator halus di tubuh dan dikendalikan oleh bagian otak yang tumpang tindih di belahan otak kiri, tutur Forrester. Studi menemukan bahwa kemampuan motorik memprediksi produksi bahasa, terutama saat menggunakan alat yang kompleks. Penulis menyimpulkan bahwa ini berarti bahwa penggunaan alat (keterampilan motorik halus) dan bahasa berbagi proses kognitif.
Konon, penelitian tentang perilaku konsentrasi lidah masih jauh dari pasti. Forrester mengatakan kemungkinan ada lebih banyak alasan dan bahkan mungkin ada komponen evolusioner.
Dalam sebuah studi tahun 2015 di jurnal Cognition, Forrester dan rekannya memaparkan bahwa itu merupakan cara mulut membayangi tangan karena tanganlah yang pertama kali terlibat dalam bahasa.
Forrester juga mempelajari kera, kerabat terdekat manusia yang masih hidup. Kera terutama menggunakan gerakan untuk berkomunikasi. Bisa jadi manusia purba juga berkomunikasi terutama dengan tangan sampai mereka mulai menggunakan alat yang lebih kompleks. Tangan menjadi sibuk, mendorong mulut dan lidah menjadi sarana dominan untuk berkomunikasi, menurut hipotesis Forrester.
"Itulah mungkin mengapa Anda melihat begitu banyak isyarat yang terjadi ketika seseorang berbicara. Serta mengapa penglihatan adalah alat sensorik utama manusia," kata Forrester.
Forrester pertama kali memperhatikan tonjolan lidah yang konsisten saat mengamati anak-anak kecil melakukan tes kemampuan motorik halus. Ini merupakan penelitian di Swedia yang meneliti anak yang tidak kidal.
Kemudian, Forrester menemukan sebuah penelitian kecil di Italia, yang diterbitkan dalam Journal of Neurophysiology pada tahun 2001. Dalam penelitian ini orang diminta untuk mengambil benda dengan ukuran berbeda. Para peneliti menemukan bahwa mulut sering menirukan tangan. Saat mengambil objek yang lebih besar, subjek membuka tangan dan mulutnya lebih lebar. Kemudian saat mengambil objek yang lebih kecil, mulutnya cenderung berbentuk lebih kecil, sekali lagi sesuai dengan genggaman mereka.
Baca Juga: Terka Sifat Jenaka Einstein dari Foto Menjulurkan Lidah yang Mendunia
Melibatkan mulut paling jelas terlihat pada anak-anak. Sedangkan orang dewasa mungkin sudah “menekan” kebiasaan tersebut. Ini mungkin tampak tidak profesional ketika Anda menjulurkan lidah ketika berkonsentrasi dalam sebuah pertemuan penting.
"Salah satu teorinya adalah bahwa tindakan motorik halus membantu memecahkan masalah atau tugas memiliki struktur yang mendasarinya," kata Forrester.
Bayangkan saat Anda membuat simpul yang rumit atau menggunakan eyeliner. Kegiatan ini membutuhkan urutan gerakan yang tepat dan artikulasi. Satu teori adalah bahwa struktur adalah sesuatu seperti struktur proto-sintaks dalam bahasa, kata Forrester. Untuk mendapatkan hasil yang tepat Anda harus melakukan langkah-langkah dalam urutan yang benar. Sama seperti kata-kata harus diurutkan dengan benar untuk mendapatkan makna yang tepat.
Baca Juga: Tiga Temuan Mumi Paling Sensasional: Mumi Hamil hingga Mumi Lidah Emas
Kontrol motor yang diperlukan untuk menggunakan alat yang rumit adalah dasar dari keadaan darurat bahasa, menurut sebuah studi tahun 2012 yang diterbitkan dalam Philosophical Transaction of the Royal Society B.
Studi Forrester tahun 2015 menemukan bahwa mulut anak berusia 4 tahun menutupi tangan mereka. Gerakan motorik kasar menimbulkan lebih banyak tonjolan lidah secara signifikan. Selama gerakan motorik halus pada anak kecil secara signifikan lebih mungkin menjulurkan lidah dan menahannya di sisi kanan mulut mereka.
Forrester berhipotesis, tugas presisi sering dilakukan dengan tangan kanan dominan yang dikendalikan oleh belahan otak kiri. Ada kemungkinan bahwa urutan ini diproses dengan cara yang sama dan wilayah bicara meniru bentuk dan gerakan tangan
Hubungan tangan-mulut sudah terjalin dengan baik. Tetapi alasan mengapa lidah keluar saat kita sedang berkonsentrasi masih merupakan teori, kata Forrester.
Apakah itu peninggalan evolusi atau ini sangat berdekatan (di otak) dan meluap. Ini masih sulit untuk ditentukan.
Baca Juga: Bung Karno dan Sate Sebagai Penyambung Lidah Rakyat Asia-Afrika