Awas! Jangan Menunjuk ke Arah Pelangi Jika Tidak Mau Jari Jadi Bengkok

By Sysilia Tanhati, Selasa, 4 Januari 2022 | 09:00 WIB
Mitos tentang larangan menunjuk ke arah pelangi tersebar secara global di 124 budaya. (Karson/Unsplash)

Nationalgeographic.co.id—Ketika pelangi muncul, Robert Blust melakukan apa yang biasa dilakukan oleh sebagian besar orang: menunjuk ke arah pelangi. Saat itu, tahun 1980, Blust sedang menunggu waktu makan siang bersama sekelompok guru dari seluruh Indonesia. Ia adalah seorang profesor di Universitas Leiden.

Melihat Blust, salah satu guru dengan sopan memberitahunya bahwa menunjuk ke arah pelangi menjadi hal yang tabu untuk dilakukan di Sumatra. Yang lain menimpali, bahwa di wilayah lain di Indonesia juga mempercayai hal yang sama. Saat masih kecil, kedua guru itu percaya bahwa jika melanggar kepercayaan itu, maka jari akan menjadi bengkok seperti pelangi.  

Kejadian itu tidak serta-merta memengaruhi jarinya, tetapi itu membengkokkan kariernya. Ia tersandung pada teka-teki yang menyibukkannya selama empat puluh tahun.

Ketika Blust kembali ke Belanda, dia masih memikirkan kejadian itu. “Sesuatu tentang pengalaman itu tetap ada dalam pikiran saya,” tulisnya kemudian. Dia mulai menyisir etnografi untuk kepercayaan tradisional tentang pelangi.

Petunjuk pertama berasal dari India. "Tabu pelangi", begitu Blust menyebutnya, ternyata tidak terbatas di Asia Tenggara saja.

Blust mulai menebar jaring yang lebih lebar. Dia mengirim kuesioner ke kolega dan stasiun misionaris di seluruh dunia, menanyakan tentang pelangi dan mitos yang berkaitan.

Tidak menunggu lama, ia mengumpulkan laporan tentang tabu pelangi dari 124 budaya dalam beragam bentuk.