Masalah yang dihadapi Perez ini kemudian sampai ke telinga Elena Diaz-Versin Amos, seorang janda kaya kelahiran Kuba.
Mendengar kisah Perez itu, dia kemudian menyumbangkan uang tunai 30.000 dolar AS atau sekarang setara dengan Rp 400 juta ke Yayasan Valladares.
Uang itu kemudian digunakan untuk membeli pesawat Cessna bermesin ganda produksi 1961 yang akan digunakan Perez menjempun anak dan istrinya.
Direktur eksekutif Yayasan Valladares Kristina Arriaga mengatakan, meski berpengalaman menjadi pilot pesawat jet, Perez tetap harus berlatih menggunakan pesawat sipil itu.
Baca juga: Arkeolog Temukan Koin Yunani Kuno Berusia 1500 Tahun
Dia melakukan uji terbang di Georgia, sebelum terbang bersama seorang kopilot ke Marathon Key, 160 kilometer sebelah barat daya Miami.
Sebelum terbang, Perez seorang pembawa pesan dari Meksiko ke Kuba. Dia membawa surat untuk sang istri agar dia menyewa sebuah mobil dan membawa kedua putra mereka ke sebuah lokasi.
Lokasi penjemputan yang dipilih adalah sebuah jembatan terkenal di dekat ruas jalan pesisir timur Kuba di provinsi Matanzas.
Misi 100 menit
Setelah mendarat di Marathon Key, pada 19 Desember 1992, sang kopilot tinggal di kepulauan tersebut dan Perez terbang sendiri ke arah selatan menuju Kuba.
Demi menghindari deteksi radar militer Kuba, Perez mematikan semua peralatan elektronik termasuk radio.!break!
Dia juga terbang sangat rendah, hanya sekitar tiga meter dari permukaan laut, ketika sudah memasuki wilayah udara Kuba.