7 Mitos Soal Makanan yang Sebaiknya Diabaikan

By , Kamis, 20 April 2017 | 14:00 WIB

Penelitian yang dimuat dalam US Journal of Nutrition menemukan bahwa makan dua atau tiga kali sehari membakar kalori yang sama dengan mereka yang menyantap makanan sama namun membagi porsinya agar bisa dimakan beberapa kali.

Namun mengapa orang-orang Asia yang lebih sering menyantap makanan tidak menjadi gemuk? Kuncinya adalah pada makanan yang mereka santap. Kebanyakan makanan itu berupa sayur-sayuran, karbohidrat yang tidak melalui banyak pemrosesan, serta makanan-makanan segar.

3. Kopi tidak baik untuk kesehatan

Mengkonsumsi empat cangkir kopi murni dapat mengurangi risiko kanker kulit melanoma hingga sebesar 20 persen. (Thinkstock)

Ya, bila Anda meminumnya dengan banyak tambahan gula atau susu. The Journal of Nutrition menyebutkan bahwa kopi hitam memberi lebih banyak anti oksidan pada tubuh dibanding sayuran dan buah-buahan.

Selain itu, secara statistik, peminum kopi mengalami depresi lebih sedikit, jauh dari diabetes, bahkan berusia lebih panjang. Tentu hal itu ada syaratnya, yakni minum dalam jumlah sewajarnya, dan jangan mencampurnya dengan gula.

4. Setiap kalori sama saja

Dalam diet, kita seringkali diminta membatasi asupan kalori. Namun ternyata 1000 kalori yang berasal dari cake berbeda dengan 1000 kalori dari daging ikan. Artinya, jenis kalori yang kita makan ikut menentukan keberhasilan diet kita.

Jenis makanan yang berbeda memiliki efek metabolisme yang berbeda juga, sehingga sekedar mengurangi kalori tidak akan efektif untuk menjaga kesehatan.

Jika Anda ingin mengurangi kalori, jangan ambil dari protein, karena jenis makanan ini bisa menahan rasa lapar serta meningkatkan metabolisme tubuh.

5. Makanan rendah lemak lebih sehat

Ada alasan mengapa junk food terasa lezat. Jawabannya adalah lemak. Namun karena lemak sering dianggap sumber penyakit, maka banyak produsen makanan menyediakan versi rendah lemak (low fat) pada produknya, sehingga kita tidak merasa berdosa saat menyantapnya.

Namun tahukah Anda bahwa menghilangkan lemak sekaligus menghilangkan rasa lezat? Untuk mengatasinya, produsen makanan menambahkan rasa dari bahan-bahan lain termasuk pemanis buatan. Bahan-bahan ini bisa jadi lebih buruk efeknya dibanding lemak yang dihilangkan.