Bagaimana Otak Manusia Mengetahui Tentang Seisi Alam Semesta?

By Hanny Nur Fadhilah, Rabu, 5 Januari 2022 | 12:00 WIB
Alam semesta. (NASA/Shutterstock)

Nationalgeographic.co.id—Sebagai manusia, kita memiliki kesadaran karena mengalami dan merasakan sesuatu. Namun para ilmuwan dan pemikir besar tidak dapat menjelaskan apa itu kesadaran dan mereka sama-sama bingung dari mana asalnya.

"Kesadaran jelas merupakan bagian dari kenyataan," kata Johannes Kleiner, ahli matematika dan fisikawan teoretis di Pusat Filsafat Matematika Munich, Jerman.

"Kita semua memilikinya tetapi tanpa memahami bagaimana kaitannya dengan fisika yang diketahui, pemahaman kita tentang alam semesta tidak lengkap," sambungnya.

Dengan mengingat hal itu, Kleiner berharap matematika akan memungkinkannya secara tepat mendefinisikan kesadaran. Bekerja dengan kolega Sean Tull, ahli matematika di Universitas Oxford, Inggris, pasangan ini, sampai taraf tertentu, didorong oleh sudut pandang filosofis yang disebut panpsikisme.

Bisakah otak kita membantu kita mengetahui alam semesta?

Jika para peneliti dapat menjawab bagaimana otak kita memunculkan pengalaman subjektif, ada kemungkinan model matematika mereka dapat meluas ke benda mati juga.

"Teori matematika dapat diterapkan ke banyak sistem yang berbeda, bukan hanya otak," kata Kleiner kepada All About Space.

"Jika Anda mengembangkan model kesadaran matematis berdasarkan data yang diperoleh dari otak, Anda dapat menerapkan model tersebut ke sistem lain, misalnya, komputer untuk melihat apa yang dikatakannya tentang pengalaman sadar mereka juga," sambungnya.

Beberapa pemikiran terkemuka memberikan bobot pada pandangan panpsikisme atau pandangan bahwa semua materi memiliki aspek mental, atau, sebaliknya, semua benda memiliki pusat kesatuan pengalaman atau sudut pandang.

Fisikawan Oxford terkenal, Sir Roger Penrose dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1989 "The Emperor's New Mind: Concerning Computers, Minds, and the Laws of Physics" berpendapat bahwa kesadaran manusia adalah non-algoritmik dan produk dari efek kuantum.

Atas dasar inilah, Kleiner dan Tull bekerja. Teori Tononi tentang Teori Informasi Terpadu (IIT), yang diterbitkan dalam jurnal BMC Neuroscience mengungkapkan IIT adalah teori yang sangat matematis.