Ilmuwan Dari Jepang Kembangkan Semprotan Hidung Bantu Cegah Demensia

By Maria Gabrielle, Kamis, 6 Januari 2022 | 12:00 WIB
Ilustrasi orang menggunakan semprotan hidung. (Pixabay)

Nationalgeographic.co.id—Demensia merupakan istilah umum untuk hilangnya memori, kemampuan berbahasa, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir, menurut Alzheimer's Association. Masalah-masalah semacam itu dapat mengganggu kehidupan sehari-hari orang yang mengidap demensia.

Demensia diperkirakan muncul ketika protein yang disebut amiloid-β, tau dan synuclein menumpuk di otak dan membentuk oligomer. Dilansir dari Sci Tech Daily, tim peneliti dari Department of Translational Neuroscience, Osaka City University Graduate School of Medicine, Jepang telah melakukan sebuah penelitian yang melibatkan tikus.

Penelitian ini sudah dipublikasikan di jurnal ilmiah Frontiers in Neuroscience dengan judul Oligomer-Targeting Prevention of Neurodegenerative Dementia by Intranasal Rifampicin and Resveratrol Combination – A Preclinical Study in Model Mice. Para ahli mengemukakan bahwa antibiotik rifampisin terbukti menghilangkan oligomer dan meningkatkan fungsi otak.

Akan tetapi, rifampisin terbukti mempunyai efek samping yang cukup berat, seperti kerusakan hati. Oleh karena itu para peneliti menggunakan metode reposisi obat untuk menghilangkan efek samping rifampisin terhadap hati dengan menggabungkannya dengan resveratrol. Resveratrol sendiri adalah antioksidan alami pada tanaman dan biasa dimanfaatkan sebagai suplemen di Eropa juga Amerika Serikat.

“Untuk memerangi efek samping negatif dari obat rifampisin yang ada, kami berpikir untuk menggabungkannya dengan efek hepatoprotektif resveratrol,” terang Profesor Takami Tomiyama peneliti utama untuk penelitian ini kepada Sci Tech Daily.

Dalam penelitiannya, tim peneliti memberikan kombinasi dosis tetap rifampisin dan resveratrol secara intranasal. Pemberian dosis obat-obatan tersebut dilakukan selama lima hari dalam seminggu dengan total empat minggu kepada tikus model penyakit alzheimer, demensia frontotemporal dan demensia lewy body. Mereka juga mengamati fungsi kognitif dan patologi otak para tikus.

Hasilnya menunjukkan bahwa kombinasi tersebut secara signifikan meningkatkan fungsi kognitif tikus, menghambat akumulasi oligomer dan memulihkan kadar sinaptofisin atau protein prasinaptik yang memfasilitasi sinapsis. Selain itu, kadar enzim hati dalam darah penanda kerusakan hati yang biasanya meningkat dengan rifampisin, ternyata tetap normal menggunakan metode ini.

Hal lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan level faktor neurotropik pada otak (BDNF), temuan itu diamati di hipokampus (bagian dari otak). Di sisi lain, tidak ditemui adanya peningkatan serupa dengan menggunakan rifampisin saja. Oleh karena itu, penelitian menunjukkan bahwa kombinasi dosis tetap rifampisin dan resveratrol lebih unggul daripada rifampisin saja dalam hal keamanan dan kemanjuran.

"Jumlah pasien dengan demensia telah meningkat di seluruh dunia, dengan beberapa sumber memperkirakan dua kali lipat pasien setiap 20 tahun. Namun, masih belum ada pengobatan yang efektif untuk penyakit ini,” kata Tomohiro Umeda yang turut terlibat dalam studi.

Baca Juga: Ternyata Penyakit Alzheimer Mempunyai Tiga Kelompok, Apa Sajakah Itu?

Studi terbaru menunjukkan bahwa kelainan mulai muncul di otak pasien demensia lebih dari 20 tahun sebelum timbulnya penyakit. Dengan menyelidiki tujuan terapeutik baru dengan obat yang sudah ada menggunakan metode ini, tim peneliti berharap untuk mendiagnosis lebih awal dan mencegah demensia sebelum neuron mulai mati.