Alami Nasib Tragis Seperti Cecil Sang Ayah, Singa Xanda Tewas Ditembak Pemburu

By , Jumat, 21 Juli 2017 | 14:00 WIB

Masih ingatkah Anda dengan Cecil, singa jantan yang tewas ditembak dalam perburuan kontroversial di Zimbabwe pada 2015 lalu?

Dua tahun setelah kematian Cecil, Xanda, anaknya, mengalami nasib tragis serupa dengan sang ayah. Xanda ditemukan tewas ditembak di luar area Taman Nasional Hwange di Zimbabwe, tak jauh dari tempat Cecil dibunuh.

Baca juga: Kisah Cecil dan Perburuan Ilegal

Andrew Loveridge, peneliti zoologi di Oxford University mengatakan kepada Telegraph bahwa Xanda mengenakan kalung yang dilengkapi dengan GPS, yang memungkinkan para peneliti memantau pergerakannya.

"Saya memasang kalungnya Oktober lalu," ujar Loveridge kepada Telegraph. "Dia dipantau hampir setiap hari dan kami menyadari bahwa Xanda dan kelompoknya menghabiskan banyak waktu di luar kawasan taman nasional dalam enam bulan terakhir, tetapi tak banyak hal yang bisa kami lakukan."

Cecil bersama seekor betina. Cecil yang berusia 13 tahun ini begitu terkenal di Taman Nasional Hwange karena sikapnya yang 'ramah' dengan manusia. (BRENT STAPELKAMP, via National Geographic)

Pemburu profesional asal Zimbabwe, Richard Cooke kabarnya melihat kalung tersebut setelah membunuh Xanda. Ia kemudian mengembalikan kalung itu kepada para peneliti. Karena singa tersebut berusia lebih dari enam tahun dan berada di luar batas-batas taman nasional, pembunuhan itu legal di negara tersebut.

Kematian Xanda menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru tentang nilai trophy hunting—perburuan untuk mendapatkan tanda mata berupa tubuh hewan yang diawetkan.

Baca juga: Nasib Singa Afrika di Penangkaran

"Sering kali kami mengangkat masalah ini: apakah nilai satu hewan yang dibunuh setara dengan keuntungan ekonomi yang didapat masyarakat lokal dan nasional jika hewan tersebut dibiarkan hidup dan jadi daya tarik wisata selama masa hidupnya?" tanya Luke Dollar, ahli konservasi biologi yang memimpin National Geographic's Big Cats Initiative.

Kematian Cecil menyulut marah warga dunia perihal perburuan, baik legal maupun ilegal. (ZIMBABWE NATIONAL PARKS, AFP/GETTY)

"Topik ini jadi perdebatan yang terus berlanjut antara para pemburu dan ahli konservasi," tambahnya.

Kathleen Farrigan, juru bicara African Wildlife Foundation mengatakan kepada Live Science, pembayaran yang didapat dari tropy-hunting bisa membantu mendanai konservasi satwa liar, jika hewan-hewan yang diburu bukanlah hewan terancam punah. Selain itu, asalkan pemerintah maupun organisasi pemberi izin berburu bersikap transparan tentang dana yang seharusnya disalurkan untuk kepentingan konservasi.