Di Masa Depan, Astronaut Mungkin Bisa Mengekstrak Air dari Batuan Bulan

By , Jumat, 28 Juli 2017 | 11:00 WIB

Pada awal-awal eksplorasi manusia ke antariksa, para astronom mengira bahwa bulan, satelit planet kita, sepenuhnya kering. Baru pada 2008, setelah para astronom menganalisis manik-manik kristal dari sampel yang dibawa pesawat ulang-alik Apollo pada tahun 1970-an, jejak air di bulan ditemukan.

Manik-manik itu terbentuk ketika magma menyembur ke permukaan bulan dan terkristalisasi sedemikian rupa sehingga air terperangkap di dalamnya.

Meski demikian, para ilmuwan tak bisa memastikan apakah sampel Apollo memang unik, atau ada aliran vulkanik lain di bulan yang dipenuhi dengan manik-manik kristal yang mengandung air.

Baca juga: Bagaimana Kualitas Air di Bulan?

Baru-baru ini, para ilmuwan menganalisis ulang manik-manik kristal tersebut dan menggunakan lebih banyak data satelit untuk mencari tahu tanda-tanda manik-manik yang mengandung air di tempat lain di bulan.

Hasilnya cukup mengejutkan. Ilmuwan menemukan bahwa ternyata, ada lebih banyak deposit vulkanik yang tersebar luas. Ini menunjukkan bahwa material di dalam bulan lebih basah dari pada yang diduga sebelumnya. Mereka kemudian menuliskan hasil penelitian tersebut dalam jurnal Nature Geoscience.

"Fakta bahwa mereka melihat ciri ini terkait dengan kristal-kristal mengungkapkan bahwa memang ada sedikit air dalam interior bulan saat erupsi gunung berapi terjadi," kata Anthony Colaprete, ilmuwan NASA yang mengulas hasil studi tersebut.

Jadi seberapa banyak tepatnya air yang ada di bulan?

Meski studi ini menunjukkan bahwa air memang lebih melimpah di dalam bulan, namun sayangnya, sulit untuk memastikan seberapa banyak jumlah tepatnya.

Dalam studi tahun 2010, para ilmuwan menemukan banyak jejak air dalam mineral yang disebut apatit.  Francis McCubbin, ahli geologi asal Prancis, saat itu memperkirakan, "Jika kita mengeluarkan semua air yang ada di dalam bulan, jumlahnya cukup untuk memembentuk lautan sedalam 1 meter yang luasnya menyelimuti seluruh permukaan bulan."

Adapun studi tahun 2011 mengungkap bahwa manik-manik vulkanik di bulan mengandung jumlah air yang setara dengan basal vulkanik di Bumi. Sementara itu, di dalam planet kita, ada lebih banyak air dibandingkan gabungan air yang ada di laut, danau, dan sungai di permukaan.

Penemuan dalam studi terbaru ini bisa berarti bahwa setidaknya, sebagian mantel bulan mungkin memiliki air yang sama banyaknya dengan Bumi.