Awal tahun ini, para editor Lancet secara resmi menarik publikasinya dan mengatakan bahwa itu semua berdasar informasi yang diragukan.
Banyak penelitian lain, termasuk yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association dan British Medical Journal, menunjukkan peningkatan angka autisme tidak terkait dengan vaksin MMR.
Salah satu studi jangka panjang terbesar diterbitkan dalam New England Journal of Medicine pada tahun 2002. Studi itu mengevaluasi 537.000 anak-anak dan menemukan tingkat autisme yang sama di antara anak-anak yang telah divaksin dan yang tidak divaksin.
Setelah ulasan yang luas, Institute of Medicine, American Academy of Pediatrics, Organisasi Kesehatan Dunia dan otoritas medis utama lainnya menyimpulkan hal yang sama: Vaksin MMR tidak menyebabkan kenaikan kasus autisme.
4. Mitos: Vaksin tidak 100 persen aman.Ini benar, tapi menghindari vaksin juga tidak aman. Hampir semua vaksin diberikan lewat suntikan. Ini menyebabkan rasa sakit dan sedikit luka sementara. Efek samping lainnya adalah demam, anak rewel dan alergi.
Komplikasi yang lebih serius, jarang terjadi. Misalnya vaksin rotavirus zaman dulu yang sekarang sudah dilarang beredar, pernah diduga terkait dengan masalah penyumbatan usus.
Di Amerika Serikat, ada lebih dari sejuta anak sempat mendapat vaksin ini. Seratus di antaranya menderita gangguan usus dan satu meninggal dunia.
Vaksin rotavirus yang baru tidak ditemukan terkait dengan gangguan penyumbatan usus dalam bentuk apapun.
Rotavirus adalah penyebab paling umum diare berat pada anak-anak. Rotavirus membunuh 20-100 anak setiap tahunnya di AS, 55-100 ribu anak dirawat di rumah sakit tiap tahunnya, menurut National Institute of Allergy and Infectious Disease. Secara global, diperkirakan ada tiga juta anak meninggal setiap tahun karena rotavirus.
5. Mitos: Vaksin tidak mempan melawan penyakit.Karena beberapa vaksin telah ada selama lebih dari 50 tahun, sebagian besar orangtua muda tidak akrab dengan penyakit yang mereka coba cegah. Misalnya, sebelum vaksin tersedia pada tahun 1963, hampir semua orang pernah menderita campak sebelum usia 15 tahun.
Di Amerika Serikat, penyakit ini pernah menewaskan rata-rata 450 orang tiap tahun, sebagian besarnya adalah anak-anak. Setelah vaksin diperkenalkan, kasus campak pernah mencapai titik terendah yaitu 37 kasus pada 2004.
Baca juga: Peneliti Australia Temukan Bakteri Pendaur Ulang Emas
Tapi dua tahun lalu, jumlah itu naik menjadi lebih dari 130, menurut CDC. Diduga penyebabnya adalah banyak anak tidak divaksinasi karena orangtuanya tidak mau.
Di Inggris dan Wales, menurut Badan Perlindungan Kesehatan setempat, kecenderungan yang sama juga terjadi. Kasus campak naik dari 56 kasus di tahun 1998 menjadi 1.348 kasus pada tahun 2008. Sekarang ini, campak kembali dianggap sebagai penyakit endemik.