Nationalgeographic.co.id—Frasa "belum pernah terjadi sebelumnya" telah banyak dilontarkan selama pandemi COVID-19. Frasa ini digunakan sebagai frasa yang tepat untuk menggambarkan bagaimana pandemi mengganggu kehidupan, kesehatan, dan sistem perawatan kesehatan kita. Kanker telah menjadi salah satu penyakit non-COVID-19 yang paling terpengaruh akibat pandemi ini.
Lockdown, sakitnya para staf medis, dan pengurangan diagnosis telah membuat banyak orang tidak mengetahui penyakit mereka. Sekarang, tes darah baru dapat membantu menebus beberapa dampak ini, sekaligus mengungkapkan apakah seseorang menderita kanker dan apakah kanker tersebut telah menyebar.
Laporan studi mengenai pendekatan inovatif ini telah diterbitkan dalam jurnal Clinical Cancer Research. Laporan studi ini berasal dari University of Oxford di Inggris.
Inovasi dari Oxford ini menandai pertama kalinya tes berbasis darah yang mampu mendeteksi metastasis, penyebaran sel-sel kanker. Tes deteksi kanker ini dapat membuat perbedaan besar dalam memberi para dokter informasi yang mereka butuhkan untuk menentukan pasien mana yang paling membutuhkan perawatan.
Selama ini gejala-gejala nonspesifik adalah bagian dari alasan mengapa banyak kanker sangat mematikan. Sel-sel kanker dapat menyelinap di bawah radar sampai mencapai stadium lanjut dan menyebar ke bagian lain dari tubuh.
Metastasis memiliki pengaruh besar pada hasil pasien. Jadi, mengidentifikasi kanker yang telah menyebar dengan cepat dapat membantu para dokter memprioritaskan perawatan pasien mereka.
Baca Juga: Di Amerika, Banyak Penderita Kanker Payudara Menggunakan Ganja
Kentungan tes baru ini adalah sifatnya invasif minimal dan murah, dua kata yang menjadi musik di telinga komunitas medis. Sebab, saat ini kita terus membutuhkan ruang rumah sakit dan dana untuk menangani kasus COVID-19.
Studi di balik tes baru ini telah meneliti sampel darah dari 300 pasien yang gejalanya tidak jelas tetapi berpotensi menunjukkan kanker, seperti penurunan berat badan dan kelelahan. Mereka kemudian menganalisis sampel-sampel tersebut menggunakan teknologi metabolomik NMR, yang menggunakan medan magnet tinggi dan gelombang radio untuk mengetahui tingkat profil bahan kimia alami (metabolit) dalam darah.
"Sel-sel kanker memiliki sidik jari metabolisme yang unik karena proses metabolisme mereka yang berbeda," kata James Larkin, peneliti dari University of Oxforf, dalam sebuah pernyataan seperti dilansir IFL Science.
"Kami baru sekarang mulai memahami bagaimana metabolit yang dihasilkan oleh tumor dapat digunakan sebagai biomarker untuk mendeteksi kanker secara akurat."