Bagaimana Stroke Bisa Mengubah Sifat Seseorang?

By , Rabu, 23 Agustus 2017 | 17:00 WIB

 Stroke menjadi penyebab kematian ketiga di dunia setelah kanker dan serangan jantung.

Meski tak sampai merenggut nyawa, stroke tetap menyisakan dampak, diantaranya perubahan sifat penderita.

“(Sifatnya) tidak akan pernah kembali persis sama dengan sebelum stroke,” kata dokter spesialis bedah saraf dr Roslan Yusni Hasan, SpBS, di Tangerang, Selasa (22/8/2017).

Stroke atau brain attack merupakan gangguan fungsi otak yang terjadi secara mendadak. Hal itu terjadi karena adanya gangguan sistem pembuluh darah ke otak.

Saat seseorang mengalami stroke, jaringan otak tak dialiri darah yang mengandung glukosa dan oksigen.

Kedua senyawa tersebut merupakan bahan bakar sel otak. Tanpa bahan bakar selama 90 detik, sel otak akan mati dan mengalami gangguan fungsi.

Sayangnya, jaringan otak tak mudah untuk melakukan regenerasi.Hambatan asupan glukosa dan oksigen bakal menyebabkan perubahan konstelasi otak.

“Sifat-sifat seseorang ditentukan oleh konstelasi otak bukan fisiknya. Jika ada perubahan konstelasi otak, tentu sifatnya juga berubah,” kata Roslan.

Maka, jangan heran saat keluarga pengidap mengidap stroke merasa bahwa orang terdekatnya bukanlah oran yang sama.

Namun, hal itu tak perlu diributkan. Orang tersebut tetaplah menjadi bagian dari keluarga Anda.

Yang lebih penting adalah penanganan pertama saat Anda mendapati anggota keluarga atau teman terkena serangan stroke untuk kali pertama.

Penanganan tepat pada saat pertama terkena stroke akan memperkecil risiko kecacatan dan memperbesar peluang selamat dari kematian.

Gejalanya bisa terlihat dari ketidakjelasan saat berbicara, mulut yang tak lagi simetris hingga lengan yang mengalami kelumpuhan.

Tindakan menusuk jari seseorang dengan jarum sebagai pertolongan pertama saat stroke harus dihindari. Itu hanyalah mitos.

“Kalau ada orang stroke harus cepat dibawa ke fasilitas kesehetan yang punya unit stroke. Ada dokter bedah saraf yang bisa diakses 24 jam. Ada fasilitas pemeriksaan, MRI (Magnetic Resonance Imaging), ada CT Scan,” ujar Roslan.

Roslan nemanbahkan, semakin lama jeda waktu pasien ditangani dokter, semakin kecil kemungkinan selamat dari kematian dan memperbesar kecacatan.