Babi yang disunting secara genetik membantu para ilmuwan mengambil langkah besar menuju penggunaan organ hewan hidup pada manusia, yang juga dikenal sebagai xenotransplantasi.
Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal ‘Science’, dengan menghapus retrovirus—yang berpotensi berbahaya—yang ditemukan dalam DNA babi, percobaan tersebut membuka kemungkinan bahwa pada suatu hari, manusia bisa dengan aman menerima organ babi.
Ahli genetika Dr. George Church mengatakan kepada media The New York Times, transplantasi - organ babi ke manusia pertama - ini bisa terjadi dalam dua tahun mendatang.
Para ilmuwan menyingkirkan retrovirus endogen (PERV) yang terdapat dalam babi dengan menggunakan teknik penyuntingan gen CRISPR.
Para peneliti dari Universitas Harvard dan perusahaan start-up bioteknologi ‘eGenesis’ mengambil sel dari babi dan memotong DNA virus dari genom mereka, dan kemudian mengkloning sel yang telah disunting.
Sel-sel yang telah disunting ini kemudian berkembang menjadi embrio dan tumbuh menjadi anak babi yang identik secara genetik.
Proses kloning belum sepenuhnya disempurnakan -dari ribuan embrio yang ditransfer ke 17 ekor babi, hanya 15 ekor anak babi yang masih hidup.
Meski demikian, mereka semua berhasil melumpuhkan PERV, dengan yang tertua berumur empat bulan. Para ilmuwan sekarang melakukan studi jangka panjang untuk melihat dampak penyuntingan gen.
Masih banyak rintangan lain yang harus diatasi sebelum xenotransplantasi yang sukses bisa terjadi.
Tahap penelitian selanjutnya akan melibatkan lebih banyak perubahan genetik pada babi untuk memodifikasi organ tubuh, serta lebih banyak tes laboratorium sebelum pengujian pada manusia bisa terjadi.
Bagaimana pengaruh retrovirus?
Sejak tahun 1960an, para ahli bedah telah melakukan berbagai upaya untuk mentransplantasikan organ primata ke dalam manusia, walaupun hal ini tidak berhasil.
Saat ini, para ilmuwan telah melihat kemungkinan penggunaan organ babi di xenotransplantasi untuk sementara waktu -ukuran organ mereka serupa dengan manusia, mereka berkembang biak dengan cepat dan bisa dimanipulasi secara genetis untuk mengurangi risiko penolakan.