Mengapa Lumpur Gunung Berapi yang Masif Ternyata Mematikan?

By , Selasa, 24 Oktober 2017 | 11:00 WIB

Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, sungai lumpur mulai memuntahkan isinya pada lima lokasi berbeda di pulau Jawa di Indonesia. Dan itu masih tetap berlangsung.

Bencana tersebut, yang disebut letusan lumpur Lusi, masih memuntahkan lumpur dan terhampar sedikitnya di atas enam pil persegi. Pada puncaknya, wilayah tersebut mengaduk-aduk lebih dari enam juta kaki kubik lumpur setiap hari.

Sebuah studi yang diterbitkan di Marine dan Petroleum Geology awal musim panas ini mengulas tingkat kerusakannya. Para ilmuwan menemukan bahwa beberapa desa telah terkubur habis-habisan dalam lumpur setinggi 130 kaki. Sekitar 60.000 orang harus meninggalkan rumah mereka, dan 13 orang tewas.

Kini, sebuah penelitian baru, yang diterbitkan dalam Journal of Geophysical Research, Geofisika, berusaha menemukan sumber aliran lumpur yang kejam ini. Sebuah tim peneliti dari Norwegia, Swiss, dan Indonesia mengatakan bahwa lumpur gunung berapi tersebut belum berhenti mengalir karena terhubung dengan sistem vulkanik di dekatnya.

Memahami bagaimana Lusi terjadi dapat memberikan banyak pemahaman untuk ahli vulkanologi. Dalam hal formasi geologis, Lusi ibarat anak yang baru lahir, dan dengan demikian memungkinkan ilmuwan untuk memahami bagaimana sistem seperti gunung berapi, ventilasi hidrotermal, dan geyser berkembang.

Apa Itu Lumpur Gunung Berapi?

Lumpur gunung berapi dan lahar (muntahan lava) sering muncul di zona subduksi, di mana dua lempeng tektonik bertemu. Indonesia adalah rumah bagi salah satu zona subduksi yang paling aktif di Bumi. Magma panas yang kurang padat dibanding bebatuan di sekitarnya terus naik ke permukaan dan menjaga agar gunung berapi tersebut tetap aktif.

Sebaliknya, lumpur gunung berapi biasanya terbentuk ketika gas seperti metana dan karbon dioksida menimbulkan tekanan yang kemudian dilepaskan dengan hebat. Menurut studi, Lusi adalah lumpur gunung berapi dan lubang hidrotermal, formasi geologi yang melepaskan gas.

Mengapa Lumpur Berapi Berlangsung Begitu Lama?

Apa yang terjadi di bawah permukaan bumi yang akan menyebabkan jutaan kaki persegi lumpur habis selama hampir 11 tahun? Peneliti mengatakan bahwa kompleks vulkanik Arjuno-Welirang, serangkaian gunung berapi di Jawa Timur, patut untuk dipersalahkan.

Peneliti menduga hal ini terjadi karena sampel gas yang dikeluarkan oleh Lusi serupa dengan bahan kimia yang biasanya ditemukan di magma. Selama bertahun-tahun sebelum letusan terjadi, studi tersebut mengklaim bahwa magma dari Arjuno-Welirang telah "memanggang" sedimen yang berada di bawah Lusi dan terus membangun tekanan.

Hubungan antara Lusi dan Arjuno-Welirang juga dibuat oleh peneliti menggunakan tomografi. sejenis teknik pemetaan yang mengirimkan gelombang melalui benda padat ke struktur gambar tiga dimensi. Peneliti meletakkan 31 seismometer yang mengukur getaran tanah, dan menemukan bahwa di ruang magma paling utara di Arjuno-Welirang, ada terowongan yang memakan dasar sedimen Lusi.

Baca juga: 10 Foto Favorit National Geographic dari Seluruh Dunia

"Apa yang ditunjukkan oleh studi baru kami adalah bahwa keseluruhan sistem sudah ada di sana—semuanya telah diisi dan siap untuk dipicu," kata Adriano Mazzini, penulis utama studi tersebut.

Studi ini juga mendapat kritik dari peneliti yang tidak memercayai data mengenai terowongan Arjuno-Welirang terkait dengan Lusi. Ahli vulkanologi, Mark Tingay, dari University of Adelaide mengatakan bahwa data peneliti tidak diperiksa secara akurat terhadap data kecepatan yang diukur di daerah tersebut dan mencatat perbedaan dengan pengukuran sebelumnya.

“Penelitian ini tidak membandingkan hasilnya dengan citra resolusi yang jauh lebih tinggi yang tersedia dari survei seismik refleksi industri minyak 2D," ujar Tingay. Dia menambahkan bahwa survei tambahan dapat digunakan untuk membandingkan dan memvalidasi hasil, yang berguna dalam tomografi karena seringkali dapat menghasilkan kesalahan.

Apa yang Menyebabkan Letusan Pertama Kali?

"Ini hanya masalah mengaktifkan kembali atau membuka patahan, dan apa pun tekanan berlebihan yang Anda kumpulkan di permukaan bawah, pasti akan berusaha melarikan diri dan sampai ke permukaan, dan itu adalah Lusi," jelas Mazzini.

Bagaimana lahar berbahaya sebenarnya mulai diperdebatkan dengan serius dalam dekade terakhir. Ilmuwan cukup bersatu dalam mengatakan bahwa semua tekanan ini dihasilkan oleh aktivitas seismik, namun tidak ada konsensus mengenai asal usul aktivitas ini.

Satu studi yang dirilis pada tahun 2007 di GSA Today mengklaim bahwa letusan mematikan tersebut disebabkan oleh gas eksplorasi yang menghujam batuan bertekanan tinggi, 9.300 kaki di bawah permukaan.

Artikel terkait: Letusan Gunung Agung Bisa Menghasilkan Tanah Tersubur di Dunia

Dalam studi Marine and Petroleum Geology, yang Mazzini juga membantu penulis, tim tersebut mengemukakan bahwa gempa berkekuatan 6,3 yang terjadi beberapa hari sebelumnya dari Lusi, dekat kota Yogyakarta, memicu naiknya air laut, magma, atau cairan lainnya secara besar-besaran. Ini bertentangan dengan sebuah penelitian yang Tingay turut serta, bahwa sebuah gempa di wilayah tersebut akan menghasilkan efek geologis yang sangat berbeda.

Terlepas dari penyebab pastinya, banyak penelitian menunjukkan bahwa Lusi tidak menunjukkan indikasi kapan akan berhenti.