Baca juga: Bahaya Abu Vulkanik Bagi Penerbangan
Restorasi ekosistem
Lamanya proses suksesi bergantung pada seberapa parah kerusakannya dan seberapa besar luas wilayah yang terdampak. Juga faktor ada tidaknya warisan biologi (misalnya sumber benih di lokasi dan lokasi sekitarnya) dan ada tidaknya campur tangan manusia untuk dapat mempercepat proses suksesi alami tersebut, atau restorasi ekosistem.
Selain upaya restorasi ekosistem, diperlukan pula pemantauan terhadap dinamika vegetasi tumbuhan di kawasan gunung berapi. Kawasan hutan pegunungan (termasuk kawasan gunung berapi) berperan sangat penting sebagai tempat dengan keanekaragaman hayati. Pemantauan yang rutin dapat mendeteksi perubahan areal bervegetasi menjadi areal untuk peruntukan lain.
Teknologi penginderaan jauh (remote sensing) saat ini dapat dimanfaatkan untuk memonitor vegetasi di kawasan gunung berapi.
Data citra satelit pada tahun yang berbeda-beda dapat dikumpulkan dan diolah untuk dianalisis untuk membandingkan ada tidaknya perubahan luas areal vegetasi serta perubahan indeks kehijauan vegetasi (densitas tutupan hijau atau vegetasi di suatu lahan) dengan menggunakan Normalized Difference Vegetation Index.
Sebagai kesimpulan, ekosistem memiliki elastisitas dan mampu memperbaiki sendiri pasca-terkena gangguan alam. Dengan demikian penting untuk memantau dinamika ekosistem dan perubahan lanskap serta vegetasinya agar dapat ditentukan tingkat suksesinya. Jika suksesi progresif, itulah yang diharapkan. Sebaliknya, jika suksesi terhambat, perlu dilakukan intervensi ekologi dengan restorasi ekosistem untuk mengubah arah suksesi dan mempercepat laju suksesi.
Sutomo, Researcher on vegetation ecology and PhD Student, Edith Cowan University
Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.