Aneh dan Mengerikan. Kepiting ini Menyerang Burung dan Memakannya

By , Kamis, 2 November 2017 | 16:00 WIB

Pertarungan hewan kadang kala memang tak bisa dinalar. Setelah katak menelan ular dan lipan raksasa memangsa ular, kali ini giliran kepiting yang menyerang seekor burung.

Sang penyerang adalah kepiting kelapa yang dikenal sebagai anomali di keluarga krustasea. Beratnya bisa mencapai sembilan kilogram dan panjangnya bisa satu meter. Selain itu, kepiting ini juga bisa memanjat pohon dan mencari kelapa untuk diolah dan dimakan.

Selain informasi di atas, tidak banyak yang diketahui oleh para peneliti mengenai makhluk bercapit ini. Pasalnya, kepiting kelapa tinggal di bawah tanah dan membentuk ruang ekologis untuk mereka sendiri di beberapa pulau di Samudera Hindia.

Baca Juga : Bukan Dongeng, Lipan ini Memangsa Ular

Kemisteriusan inilah yang mendorong Mark Laidre, seorang profesor dari Dartmout College, untuk memulai ekspedisi ke Kepulauan Chagos dan mempelajari kepiting kelapa.

Dalam ekspedisinya tersebut, Laidre berkesempatan menyaksikan para kepiting anti-sosial ini berburu dan sebuah kejutan besar terjadi pada Maret 2016.

Laidre menyaksikan seekor kepiting kelapa menyambar seekor burung booby (angsa batu) kaki merah dewasa yang sedang tidur di atas cabang pohon rendah.

Burung tersebut lumpuh seketika, meskipun ia terus berjuang untuk melepaskan diri dari cengkeraman capit kepiting.

Dalam 20 menit, lima kepiting kelapa lainnya berkerumun di tempat tersebut karena tertarik oleh bau darah burung booby.

Namun, rupanya penyerang pertamanya tak mau melepaskan burung yang masih bernapas itu. Ia pun menyeret burung tersebut menjauh dan selama beberapa jam kemudian, kepiting itu mencabik dan memakan burung booby tangkapannya.

"Sangat mengerikan," kata Laidre dikutip dari National Geographic, Rabu (1/11/2017).

Baca Juga : Kekuatan Capitan Kepiting Kelapa Menyaingi Gigitan Singa

Fenomena ini membuktikan bahwa kepiting kelapa merupakan omnivora oportunistik. Bisa jadi, inilah yang memengaruhi tempat burung-burung bersarang, tulis Laidre dalam penelitian yang diterbitkan pada Rabu (1/11/2017) di Frointers in Ecology and the Environment.