Lima Hal yang Perlu Dipahami tentang Skizofrenia

By , Rabu, 15 November 2017 | 12:00 WIB

Skizofrenia disebabkan oleh berbagai macam faktor. Hingga saat ini bukti-bukti ilmiah merujuk pada faktor genetik sebagai penyebab utamanya. Penelitian-penelitian yang menggunakan anak kembar menunjukkan bahwa risiko seseorang mengalami skizofrenia bila saudara kembarnya mengalami skizofrenia adalah sekitar 50 kali lipat.

(Baca juga: Kenali Ragam Gejala Skizofrenia)

Tapi penelitian yang lebih mendalam dapat melihat beragam ekspresi gen setiap individu dan menghitung hubungannya dengan diagnosis skizofrenia, tetapi ekspresi gen terkuat hanya berkontribusi sekitar 1% untuk skizofrenia. Selain itu, sebuah penelitian yang melibatkan seluruh populasi sebanyak 1,75 juta orang di Kota Kopenhagen Denmark menunjukkan bahwa lebih dari 80% penderita skizofrenia tidak memiliki saudara yang menderita skizofrenia. Maka dari itu, faktor lingkungan juga penting.

Hubungan antara faktor lingkungan dan skizofrenia belum banyak diteliti. Bukti-bukti ilmiah yang sudah banyak direplikasi baru mengenai perbedaan urban-rural, yaitu orang yang tinggal dan tumbuh besar di kota besar itu lebih tinggi 2-3 kali risikonya mengalami skizofrenia dibandingkan dengan orang yang tinggal di desa. Bukti-bukti lain masih belum banyak direplikasi. Misalnya, ada banyak penelitian menunjukkan kalau pengalaman traumatik masa kecil (seperti pernah mengalami kekerasan seksual) meningkatkan risiko skizofrenia.

Ada juga penelitian yang menunjukkan kalau mengalami perundungan (bully) pada masa kecil dapat meningkatkan risiko skizofrenia. Akan tetapi, bukti-bukti ilmiah untuk perundungan masih belum sekuat pengalaman traumatik.

3. Bagaimana skizofrenia bisa muncul?

Untuk menjelaskan penyebab skizofrenia, ada dua teori besar utama. Pertama, hipotesis dopamin menjelaskan bahwa skizofrenia muncul karena masalah ketidakseimbangan dopamin, yaitu senyawa kimia pengirim informasi yang ada di otak. Bukti-bukti teori ini dapat dilihat dari obat-obatan skizofrenia yang intinya mengurangi absorpsi dopamin ke sinaps-sinaps. Selain itu, penemuan dalam ranah genetik juga menunjukkan bahwa gen yang terkait dengan fungsi dopamin memang berhubungan dengan skizofrenia.

(Baca juga: Instagram Jadi Media Sosial Paling Buruk bagi Kesehatan Mental)

Kedua, teori kognitif yang menjadi landasan dari terapi kognitif perilaku untuk skizofrenia. Dalam teori ini, skizofrenia dianggap muncul karena adanya interpretasi yang salah pada pengalaman anomali. Pengalaman anomali tersebut bisa seperti salah dengar ada orang yang memanggil. Kesalahan interpretasi ini umumnya mudah terjadi bila orang tersebut memiliki konsep diri yang buruk dan sering mengalami perasaan negatif seperti depresi dan cemas.

4. Bagaimana cara menangani skizofrenia?

Cara menangani skizofrenia di setiap negara berbeda-beda tergantung sistem kesehatan di negara itu. Walau demikian, ada juga banyak kesamaannya. Contohnya, baik di Indonesia, Inggris, atau Jerman, penanganan utama untuk skizofrenia adalah terapi obat dengan obat-obatan antipsikotik.

Obat yang sering digunakan di Indonesia adalah antipsikotik generasi pertama seperti chlorpromazine, sedangkan di Inggris dan Jerman antipsikotik yang sering digunakan adalah antipsikotik generasi kedua. Berdasarkan hasil gabungan analisis berbagai penelitian, ditemukan bahwa efektivitas kedua jenis obat untuk menghilangkan gejala skizofrenia itu tidak jauh berbeda, tapi ada perbedaan yang besar di efek samping. Efek samping antipsikotik generasi pertama umumnya lebih banyak daripada antipsikotik generasi kedua, seperti tremor dan penambahan berat badan.