Fosil Pepohonan Kuno Berusia 260 Juta Tahun Buktikan Antartika Pernah Diselimuti Hutan

By , Senin, 20 November 2017 | 16:00 WIB

"Mereka termasuk beberapa fosil tumbuhan yang paling terawetkan dengan baik di dunia," ujar Gulbranson. "Jamur pada kayu itu sendiri kemungkinan menjadi mineral dan berubah menjadi batu dalam hitungan minggu. Dalam beberapa kasus, hal itu mungkin terjadi saat pohon masih hidup. Hal-hal ini terjadi sangat pesat. Anda bisa saja menyaksikannya secara langsung jika berada di sana."

Para periset menemukan bahwa tumbuhan prasejarah ini bisa mengalami transisi cepat antara musim, mungkin dalam rentang waktu satu bulan. Ketika tanaman modern membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk transisi dan menghemat air secara berbeda tergantung pada waktu, pohon-pohon kuno dapat berfluktuasi dengan cepat di antara musim dingin yang gelap dan musim panas yang cerah.

(Baca juga: Wajah Moyang Semua Bunga Kini Terungkap)

"Entah bagaimana, tumbuhan ini mampu bertahan tidak hanya empat sampai lima bulan dalam kegelapan total, tetapi juga empat sampai lima bulan dalam keadaan tersinari secara terus menerus," ungkap gulbranson.

"Kami belum sepenuhnya memahami bagaimana mereka bisa mengatasi kondisi ini," tambahnya. "Tidak ada yang seperti itu hari ini. Pohon-pohon ini bisa mengaktifkan siklus tumbuh dan mematikannya seperti saklar lampu."

Kepunahan massal

Periode Permian, berlangsung antara 299 hingga 251 juta tahun yang lalu, ditandai dengan kemunculan superbenua Gondwana.

Sebagai tumbukan benua-benua, lingkungan ekstrem pun melanda massa daratan raksasa, yang pada era modern termasuk Antartika, Amerika Selatan, Afrika, India, Australia, dan Semenanjung Arabia ini. Tudung es mendominasi sebagian besar wilayah selatan dan melontarkannya di antara musim panas berkepanjangan dan musim dingin yang gelap gulita, sementara wilayah utara mengalami panas yang hebat dan fluktuasi musiman.

(Baca juga: Bumi Mulai Memasuki Kepunahan Massal Keenam, Siapkah Kita?)

Makhluk-makhluk prasejarah belajar untuk beradaptasi terhadap iklim yang bergejolak sampai kepunahan Permian, yang menurut Gulbranson kemungkinan besar disebabkan oleh gunung-gunung berapi di Siberia. Peristiwa tersebut memusnahkan lebih dari 90 persen spesies laut dan 70 persen hewan darat, yang kemudian membuka jalan bagi para dinosaurus untuk menguasai Bumi.

Melanjutkan pencarian

Tim ilmuwan berencana untuk melanjutkan penelitian di Antartika dengan mengunjungi ulang benua tersebut dalam beberapa minggu mendatang. John Isbell dan para peneliti lainnya telah turun ke lokasi, dan Gulbranson akan bergabung dengan mereka di lokasi kutub pada 23 November mendatang.