Tak ada tempat di lautan yang luput dari polusi sampah plastik, bahkan di Palung Mariana, bagian laut paling dalam di Bumi.
Studi terbaru menemukan bahwa krustasea yang hidup di palung berkedalaman 10.970 meter itu memiliki mikroplastik di dalam pencernaan mereka. Para peneliti melaporkan, faktanya di antara enam palung laut dalam di Pasifik, tak ada yang bebas dari kontaminasi plastik.
"Sampah yang dibuang ke lautan pada akhirnya akan terdampar kembali ke darat atau tenggelam ke laut dalam," ujar pemimpin studi, Alan Jamieson, ahli ekologi kelautan di Newcastle University, Inggris.
(Baca juga: Siapkah Kita Tinggal di "Planet Plastik"?)
Penelitian didanai dan dipublikasikan oleh Sky Ocean Rescue, kampanye yang dilakukan oleh perusahaan siaran dan hiburan Eropa untuk memerangi pencemaran laut. Hasil studi mereka diterbitkan dalam jurnal Nature Evolution and Ecology.
Jamieson dan timnya melaporkan bahwa palung-palung dalam terkontaminasi oleh polychlorinated biphenyls (PCB) dan polybrominated diphenyl ethers (PBDE).
PCB adalah bahan kimia berlilin atau berminyak yang digunakan banyak industri. Zat ini telah dilarang penggunaannya sejak 1979 karena risiko toksisitasnya.
(Baca juga: Puluhan Sampah Plastik Ditemukan dalam Perut Paus yang Terdampar)
Sementara itu, PBDE yang banyak digunakan sebagai penghambat nyala api, telah dilarang karena berisiko mengganggu sistem reproduksi, kekebalan tubuh, dan saraf.
Kedua kontaminan tersebut ditemukan dalam tubuh krustasea yang hidup di Palung Kermadec, Pasifik Selatan, pada kedalaman 10.000 meter, dan di Palung Mariana di Pasifik Utara, pada kedalaman 10.250 meter.
Para peneliti menggunakan jebakan yang dilengkapi dengan kamera dan umpan untuk mendapatkan sampel hewan dari palung dalam. Jebakan tersebut dijatuhkan ke palung, kemudian saat hewan terperangkap, secara otomatis pemberatnya akan diatur ulang sehingga jebakan mengapung ke permukaan untuk diambil dan diteliti di kapal.
Dari enam palung yang menjadi sampel—Mariana, Jepang, Izu-Bonin,Peru-Cili, New Hebrides, dan Kermadec—para periset menemukan bahwa tak satupun yang bebas plastik.
(Baca juga: Pemakan Seafood Menelan Hingga 11.000 Partikel Plastik Tiap Tahun)
Tim periset meneliti 90 krustasea dari semua palung. Tingkat kontaminasi terendah ditemukan di Palung New Hebrides di barat daya Pasifik, dengan setengah sampel hewan terkontaminasi plastik. Tingkat kontaminasi tertinggi ada di Palung Mariana, yang semua sampel hewannya ternyata mengandung plastik.
Beberapa potongan plastik kecil ditemukan di saluran pencernaan hewan adalah serat seperti rayon, lyocell, rami, nilon, polietilen, poliamida, dan polivinil.
Polietilen merupakan plastik yang digunakan untuk membuat kantong belanja dan botol plastik. Poliamide digunakan dalam serat sintetis. Poivinil termasuk polivinil florida (PVC), digunakan untuk banyak benda, mulai dari pipa, solasi, hingga kartu kredit.
(Baca juga: Hewan Makan Plastik di Laut Karena Beraroma Seperti Makanan)
Organisme-organisme laut dalam mendapatkan makanan mereka dari fragmen-fragmen makanan kecil yang jatuh ke laut dalam. Jadi ketika fragmen-fragmen kecil plastik bergabung dengan makanan ini, kemungkinan bisa ikut termakan.
"Pengamatan ini merupakan catatan terdalam tentang kejadian dan konsumsi mikroplastik, menunjukkan tingginya kemungkinan bahwa tidak ada ekosistem laut yang tak terdampak oleh sampah antropogenik [buatan manusia]," pungkasnya.