Perubahan Iklim Membuat Kadal Naga Berjanggut Jadi Lebih Bodoh

By , Kamis, 23 November 2017 | 07:00 WIB

Banyak spesies, termasuk manusia, kesulitan untuk bertahan hidup ketika suhu global meningkat drastis. Bahkan sedikit saja peningkatan suhu bisa mempengaruhi hewan, menyebabkan perubahan fisiologi atau perilaku mereka.

Bagi beberapa kadal, dampak kenaikan suhu membuat mereka menjadi 'otak udang'. Studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Royal Society Open Science menemukan bahwa peningkatan suhu akibat perubahan iklim dapat membuat kadal naga berjanggut (Pogona vitticeps) menjadi lebih bodoh.

Kadal naga berjanggut merupakan kadal dari Australia yang populer sebagai hewan peliharaan. Di daerah asalnya, hewan ini dikenal dengan nama bearded dragon. Seperti reptil lainnya, kadal ini tak sebodoh kelihatannya.

"Reptil telah lama dianggap sebagai makhluk lamban dan tidak cerdas," ujar Anna Wilkinson, ilmuwan kognisi hewan di University of Lincoln, Inggris.

Tetapi anggapan tersebut perlahan memudar, seiring munculnya penelitian-penelitian yang menunjukkan bahwa banyak kadal menampilkan kemampuan kognitif kompleks, dari menavigasi hingga memecahkan masalah.

(Baca juga: Apakah Pemanasan Global Benar-benar Nyata?

Dalam studi terbaru, Wilkinson dan rekan-rekannya menemukan bahwa kadal naga berjanggut dapat meniru satu sama lain untuk melakukan perilaku baru. Tingkat kognisi sosial ini sebelumnya hanya ditemukan pada primata.

"Belajar dengan cara mengamati perilaku individu lain bisa menjadi jalan pintas untuk mengatasi solusi, dan memungkinkan hewan untuk mengatasi masalah yang mungkin tak bisa mereka atasi dengan belajar melalui pembelajaran uji plural dan kesalahan (trials and error)," jelas Wilkinson kepada National Geographic.

Reptil akan membutuhkan semua pembelajaran yang dapat mereka himpun, untuk menyesuaikan diri seiring perubahan lingkungan di sekitar mereka, tambah Wilkinson.

(Baca juga: Akibat Perubahan Iklim, Kini Beruang Jadi Vegetarian)

Pengaruh Suhu Inkubasi

Otak reptil, seperti halnya hewan-hewan berbulu, terbentuk selama perkembangan telur. Artinya, kondisi telur yang terpapar suhu lebih tinggi mungkin memiliki efek jangka panjang.

Wilkinson dan rekan-rekannya memutuskan untuk menyelidiki apakah suhu inkubasi berpengaruh pada kecerdasan kadal. Survei menunjukkan bahwa, di luar upaya terbaik induk reptil, suhu sarang meningkat saat iklim memanas.

Periset mengambil 13 telur dan membaginya menjadi dua kelompok. Tujuh telur diinkubasi pada suhu 30°C, sementara enam sisanya diinkubasi pada suhu yang lebih rendah, yaitu 27°C. Ada campuran laki-laki dan perempuan yang hampir sama dalam kedua kelompok tersebut.

(Baca juga: Perubahan Iklim Sebabkan Ikan-ikan di Laut Semakin Kecil)

Kedua kelompok tersebut tetap terpisah namun dalam kondisi yang sama selama setahun, sampai hewan tersebut dewasa. Kemudian mereka diuji. Masing-masing diperlihatkan tayangan video yang menampilkan seekor kadal membuka pintu geser untuk mendapatkan makanan, kemudian diberi waktu lima menit untuk membuka pintu geser sungguhan dan mendapatkan makanan.

Meski menggeser pintu tampak sebagai tugas mudah, namun dalam semua percobaan dengan kadal naga berjanggut, Wilkinson dan rekan-rekannya menemukan bahwa hewan tersebut hanya mengetahui triknya hanya ketika mereka telah menyaksikan kadal lain melakukannya. Jadi, jika seekor kadal berhasil melakukan tugas, itu dianggap sebagai bukti bahwa mereka telah belajar dari video tutorial tersebut. Masing-masing kadal diuji sebanyak sepuluh kali.

Para peneliti menemukan bahwa kadal yang terpapar suhu panas selama perkembangannya cenderung kurang sukses dalam menyelesaikan tugas sederhana. Bahkan jika berhasil membuka pintu, mereka membutuhkan waktu rata-rata satu setengah menit lebih lama ketimbang kadal yang tumbuh di lingkungan dengan suhu lebih rendah. Menurut Wilkinson, hal itu menunjukkan bahwa suhu inkubasi yang lebih hangat mengganggu kemampuan hewan untuk belajar dari individu lainnya.

(Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Kita Susah Tidur)

Penelitian lebih lanjut mungkin dapat mengidentifikasi apa yang sebenarnya terjadi pada otak kadal naga berjanggut selama perkembangan, yang menyebabkan perbedaan kongnitif ini. Selain itu juga mengungkap bagaimana perbedaan tersebut pada akhirnya dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan kemampuan reptil itu dalam bereproduksi. 

Banyak spesies, termasuk manusia, kesulitan untuk bertahan hidup ketika suhu global meningkat drastis. Bahkan sedikit saja peningkatan suhu bisa mempengaruhi hewan, menyebabkan perubahan fisiologi atau perilaku mereka. 
Bagi beberapa kadal, dampak kenaikan suhu membuat mereka menjadi 'otak udang'. Studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Royal Society Open Science menemukan bahwa peningkatan suhu akibat perubahan iklim dapat membuat kadal naga berjanggut  menjadi lebih bodoh. 
Kadal naga berjanggut merupakan kadal dari Australia yang populer sebagai hewan peliharaan. Di daerah asalnya, hewan ini dikenal dengan nama bearded dragon. Seperti reptil lainnya, kadal ini tak sebodoh kelihatannya. 
"Reptil telah lama dianggap sebagai makhluk lamban dan tidak cerdas," ujar Anna Wilkinson, ilmuwan kognisi hewan di University of Lincoln, Inggris. 
Tetapi anggapan tersebut perlahan memudar, seiring munculnya penelitian-penelitian yang menunjukkan bahwa banyak kadal menampilkan kemampuan kognitif kompleks, dari menavigasi hingga memecahkan masalah. 
Dalam studi terbaru, Wilkinson dan rekan-rekannya menemukan bahwa kadal naga berjanggut dapat meniru satu sama lain untuk melakukan perilaku baru. Tingkat kognisi sosial ini sebelumnya hanya ditemukan pada primata. 
"Belajar dengan cara mengamati perilaku individu lain bisa menjadi jalan pintas untuk mengatasi solusi, dan memungkinkan hewan untuk mengatasi masalah yang mungkin tak bisa mereka atasi dengan belajar melalui pembelajaran uji plural dan kesalahan (trials and error)," jelas Wilkinson kepada National Geographic. 
Reptil akan membutuhkan semua pembelajaran yang dapat mereka himpun, untuk menyesuaikan diri seiring perubahan lingkungan di sekitar mereka, tambah Wilkinson. 
Coddled Eggs
Otak reptil, seperti halnya hewan-hewan berbulu, terbentuk selama perkembangan telur. Artinya, kondisi telur yang terpapar mungkin memiliki efek jangka panjang.
Wilkinson dan rekan-rekannya memutuskan untuk menyelidiki apakah suhu inkubasi berpengaruh pada kecerdasan kadal. Survei menunjukkan bahwa, di luar upaya terbaik induk reptil, suhu sarang meningkat saat iklim memanas. 
Periset mengambil 13 telur dan membaginya menjadi dua kelompok. Tujuh telur diinkubasi pada suhu 30°C, sementara enam sisanya diinkubasi pada suhu yang lebih rendah, yaitu 27°C. Ada campuran laki-laki dan perempuan yang hampir sama dalam kedua kelompok tersebut.
Kedua kelompok tersebut tetap terpisah namun dalam kondisi yang sama selama setahun, sampai hewan tersebut dewasa. Kemudian mereka diuji. Masing-masing diperlihatkan tayangan video yang menampilkan seekor kadal membuka pintu geser untuk mendapatkan makanan, kemudian diberi waktu lima menit untuk membuka pintu geser sungguhan dan mendapatkan makanan. 
Meski menggeser pintu tampak sebagai tugas mudah, namun dalam semua percobaan dengan kadal naga berjanggut, Wilkinson dan rekan-rekannya menemukan bahwa hewan tersebut hanya mengetahui triknya hanya ketika mereka telah menyaksikan kadal lain melakukannya. Jadi, jika seekor kadal berhasil melakukan tugas, itu dianggap sebagai bukti bahwa mereka telah belajar dari video tutorial tersebut. Masing-masing kadal diuji sebanyak sepuluh kali. 
Para peneliti menemukan bahwa kadal yang terpapar suhu panas selama perkembangannya cenderung kurang sukses dalam menyelesaikan tugas sederhana. Bahkan jika berhasil membuka pintu, mereka membutuhkan waktu rata-rata satu setengah menit lebih lama ketimbang kadal yang tumbuh di lingkungan dengan suhu lebih rendah. Menurut Wilkinson, hal itu menunjukkan bahwa suhu inkubasi yang lebih hangat mengganggu kemampuan hewan untuk belajar dari individu lainnya. 
Penelitian lebih lanjut mungkin dapat mengidentifikasi apa yang sebenarnya terjadi pada otak kadal naga berjanggut selama perkembangan, yang menyebabkan perbedaan kongnitif ini. Selain itu juga mengungkap bagaimana perbedaan tersebut pada akhirnya dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan kemampuan reptil itu dalam bereproduksi.