Wharton, Menulis Horor Lewat Permainan Diksi dan Psikologi Pembacanya

By Galih Pranata, Selasa, 11 Januari 2022 | 12:00 WIB
Cuplikan adegan yang mengerikan sekaligus mengejutkan dalam film Rubber (Wo)man Part Two. (Rubber (Wo)man/Hulu)

Penggambaran rumah tua adalah basis sederhana dalam kisah horor yang sering dimunculkan dalam kisah-kisah Wharton, agaknya ia mengilhami banyak perspektif penulis horor di kemudian hari.

Adegan dalam kisah-kisah gubahannya yang menarik ialah membuat rumah sendiri menjadi sesuatu yang asing, bahkan mencekam.

'All Souls' membangkitkan kegelisahan lewat adegan perabotan rumah yang berisik tanpa ada yang menggerakannya, mungkin saat ini telah menjadi hal yang umum, namun menjadi sangat menyeramkan di tahun 1940-an.

Edith Wharton adalah penulis sohor dengan kritik sosialnya dan penciptaan narasi mengerikan dalam kisah-kisah horornya. (Pinterest/Book Riot)

"Ia percaya, bahwa hantu bergantung pada keheningan, dan modernitas (kepercayaan orang modern) telah mengakhiri itu," lanjutnya. Kisah-kisah Wharton terus membuat pembacanya merinding, seperti halnya banyak fiksi pendek horor kontemporer. 

Karya-karya horor klasiknya yang brilian dengan permainan diksi dan kecemasan psikologis, membuat setiap adegan dalam tulisannya seolah hidup, memberi kegelisahan sejumlah pembacanya.

"Ia melihat sudut terlemah seseorang melalui kecermatan (pendekatan) psikologis, menyuguhkan adegan lewat diksi-diksi yang menegangkan dan mengerikan," pungkasnya.

Sampai hari ini, Wharton dipercaya sebagai penulis horor yang mengilhami banyak perspektif penulis horor dengan gaya menulisnya yang luar biasa.

Setelah kematiannya pada 1937, karyanya dikemas dalam buku berjudul 'Ghosts' yang berisi kumpulan kisah mengerikan Wharton.