Cahaya Menari di Langit Jupiter

By , Jumat, 8 Desember 2017 | 08:00 WIB

Tarian cahaya di kutub utara dan selatan Jupiter atau yang dikenal sebagai aurora memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. 

Masyarakat di seluruh dunia selalu menikmati pertunjukan kembang api dalam berbagai perayaan, seperti Thanksgiving, Tahun Baru China, Tahun Baru Masehi, Diwali ataupun hari raya lainnya.

Tapi, alam menyediakan pertunjukan cahaya yang jauh lebih menarik. Perpaduan medan magnetik pada planet dan ledakan dasyat di Matahari menghasilkan pertunjukkan menarik di langit, yang kita kenal sebagai, “aurora”.

Aurora merupakan tirai cahaya yang tampak menari di langit malam khususnya di area kutub utara dan kutub selatan. Ternyata, aurora tidak hanya bisa dilihat di Bumi. Beberapa planet lain di Tata Surya juga bisa melihat tirai cahaya yang melukis langit dengan warna merah, biru, hijau dan bahkan sinar-X!

(Baca juga: Pertama Kalinya, "Kilauan" Air Terdeteksi pada Jupiter Panas)

Untuk pertama kalinya, kita bisa melihat aurora yang bercahaya dalam sinar X di Jupiter, planet terbesar di Tata Surya. Tirai cahaya sinar-X tersebut tampak di kutub utara dan selatan Jupiter dalam peta pancaran sinar-X yang dibuat oleh teleskop sinar-X Chandra dan XMM-Newton dari tahun 2007 – 2016.

Atraksi aurora dari Jupiter ini menarik. Jadi, selama ini, para astronom selalu menduga kalau kejadian di satu bagian medan magnetik, akan memengaruhi medan magnetik di seluruh planet. Itu yang terjadi di Bumi. Aurora di kutub utara dan kutub selatan Bumi seperti cermin satu sama lainnya. Tapi, hal ini tidak berlaku di Jupiter. Aurora di Jupiter justru karakternya berbeda di tiap kutub planet.

Aurora di kutub selatan Jupiter memancarkan sinar-X setiap 11 menit, seperti jarum jam. Sementara di kutub utara, aurora sinar-X ini justru tampak menyala dan meredup secara acak.

Para astronom masih belum tahu apa yang menyebabkan aurora tersebut memiliki karakter yang berbeda. Apalagi, aurora sinar-X belum pernah ditemukan di planet gas raksasa lainnya di Tata Surya, termasuk di Saturnus. Tapi, tentu saja para astronom sangat ingin mengetahui penyebabnya.

Ada teori yang mengatakan kalau aurora sinar-X di Jupiter disebabkan oleh interaksi di perbatasan antara angin Matahari dan medan magnetik Jupiter, yang menghasilkan arus listrik di dalam planet. Interaksi ini menghasilkan gelombang magnetik. Akibatnya, partikel-partikel bermuatan yang berselancar di dalam gelombang magnetik akan memperoleh tambahan energi. Tabrakan antara partikel-partikel tersebut dengan atmosfer Jupiter menghasilkan cahaya terang sinar-X.

Perbedaan karakter aurora di kedua kutub Jupiter masih jadi misteri. Tapi, para astronom menduga kalau hal tersebut disebabkan oleh kenampakan kedua kutub yang berbeda. Kenampakan ini memiliki keterkaitan dengan luas area aurora yang bisa tampak di kutub utara dan selatan. Pengamat bisa melihat aurora pada beberapa area di kutub utara dibanding hanya satu area di kutub selatan. Implikasinya, ada perbedaan karakter antara aurora di kedua kutub.

(Baca juga: "Neraka" di Jupiter, Panasnya Mengalahkan Lava Terpanas di Bumi)

Misteri lainnya adalah bagaimana partikel di magnetosfer memiliki energi yang besar untuk menghasilkan sinar-X. Pancaran sinar-X yang diamati teleskop Chandra rupanya hanya bisa terbentuk jika ion oksigen di Jupiter memiliki energi tinggi dan bertabrakan dengan atmosfer. Apa pengaruhnya pada cuaca di Jupiter juga masih jadi pertanyaan.