Dengan kata lain, planet tersebut adalah Super Earth dengan atmosfer gas kecil seperti bumi. Bahkan mungkin planet ini adalah "dunia air" dengan lapisan es tebal di atasnya.
Mereka juga menemukan bukti Super Earth kedua yang "hangat" bernama K2-18c. Planet kedua ini memiliki massa 7,5 ± 1,3 massa bumi, periode orbital 9 hari, dan sumbu semi-mayor kira-kira 2,4 kali lebih kecil daripada K2-18b.
Setelah memeriksa kembali kurva cahaya asli yang diperoleh dari K2-18, para peneliti menyimpulkan bahwa K2-18c tak terdeteksi karena memiliki orbit yang tidak terletak di bidang yang sama.
"Ketika pertama kali mengungkapkan datanya, kami mencoba untuk mencari tahu apa itu. Anda harus memastikan bahwa sinyal tidak hanya bersuara, dan Anda harus melakukan analisis yang cermat untuk memverifikasinya. Tapi melihat sinyal awal tersebut, ini merupakan indikasi bagus ada planet lain," ungkap Cloutier.
Sayangnya, orbit K2-18c ditemukan terlalu dekat dengan bintangnya yang berada dalam zona layak huni tersebut.
Namun, mungkin K2-18b lah yang lebih layak huni, bergantung pada sebagian besar komposisinya.
Pada akhirnya, sistem ini akan mendapatkan keuntungan dari survei tambahan yang mungkin akan melibatkan teleskop antariksa James Webb (JWST) miliki NASA yang akan diluncurkan pada 2019.
"Dengan data saat ini, kita tidak bisa membedakan dua kemungkinan tersebut," ujar Cloutier.
"Tapi dengan JWST kita bisa menyelidiki atmosfer dan melihat apakah ia memiliki atmosfer yang luas atau itu adalah planet yang hanya tertutup air," imbuhnya.
Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul K2-18b, Bumi Super Baru Ditemukan, Apakah Layak Bagi Manusia?