Dunia Krisis Pasir, Apa Dampaknya Bagi Manusia dan Lingkungan?

By Gregorius Bhisma Adinaya, Rabu, 13 Desember 2017 | 19:00 WIB
Hamparan gumuk pasir di Gurun Gobi, Mongolia. (Mahandis Yoanata Thamrin)

Baca juga: Ini Alasan Kita Tidak Boleh Membungkus Makanan dengan Kertas Aluminium

"Fenomena ini cenderung terjadi di India, China, dan tempat-tempat di mana Anda memiliki konstruksi dalam jumlah yang banyak dan cepat," kata Dr John Orr, seorang insinyur dan ahli struktur beton di Universitas Cambridge.

Seiring berkembangnya negara-negara tersebut dalam membangun jalan dan kota yang tak ada habisnya, permintaan pasir mereka terus tumbuh.

Pham Van Bac, direktur Departemen Bahan Konstruksi Vietnam bahkan menyebut China mungkin akan kehabisan pasir pada 2020 dan menarik perhatian para mafia.

"Karena pasir tiba-tiba menjadi sumber yang sangat berharga, mafia pasir telah muncul untuk beroperasi di bisnis penambangan pasir," ungkap Torres.

Dalam laporan PBB yang berjudul "Pasir lebih jarang dari yang dipikirkan", Dr Pascal Peduzzi menyebut operasi penambangan pasir ilegal telah menyebar luas berkat pemerintahan yang lemah dan korupsi.

Seperti yang diketahui, tidak semua pasir diciptakan sama. Pasir di Sahara yang halus tidak dapat digunakan untuk bahan bangunan.

Sebagai gantinya, penambang pasir harus mengambil di tepi sungai atau garis pantai. Padahal, menambang pasir di sungai dan pantai punya konsekuensi lingkungan.

Baca juga: Media Sosial: Ketika Anda Sudah Dikuasai, Waktunya Jaga Jarak

Beberapa contohnya saja, kerusakan terumbu karang di Kenya, punahnya buaya di India, hingga hilangnya beberapa pulau di Indonesia akibat penambangan berlebihan.

"Salah satu dampak yang lebih jelas pada sistem manusia adalah meningkatnya kerentanan terhadap bahaya alam seperti badai dan tsunami," kata Torres.

"Pantai menghilang, jadi tidak ada penghalang alami yang menghentikan banjir," imbuhnya.