Tapi bagaimana dengan pohon Natal buatan? Beberapa mungkin akan Anda jual sebagai rongsokan, tapi yang paling sering adalah dibuang begitu saja karena pohon buatan ini tak dapat di daur ulang.
(Baca juga: Empat Kiat untuk Memotret Kemeriahan Lampu Natal di Penjuru Kota)
Jadi, Manakah yang Memiliki Dampak Lingkungan Lebih Besar?
William Paddock, direktur pelaksana WAP Sustainability Consulting di Chattanooga yang mengawasi penelitian ini menyebutkan bahwa dengan perbandingan satu lawan satu, pohon asli membutuhkan sumber daya yang jauh lebih sedikit untuk mendapatkan pelanggan dibandingkan pohon buatan.
Namun jika Anda berencana untuk menggunakan kembali pohon buatan, seperti yang dilakukan banyak orang, maka ini akan memberikan dampak baik untuk lingkungan.
"Seiring berjalannya waktu, ada titik impas," kata Paddock dikutip dariLA Times, Kamis (14/12/2017).
"Pertanyaannya menjadi, berapa tahun yang dibutuhkan," imbuhnya.
Perkiraan paling konservatif menyebutkan bahwa dibutuhkan waktu sembilan tahun untuk terus menggunakan satu pohon buatan daripada membeli pohon asli setiap tahun. Tapi Paddock menyebut enam tahun angka yang lebih masuk akal.
Belum ada data berapa lama rata-rata orang memakai pohon buatan sebelum membuangnya.
"Tidak banyak orang yang menggunakannya sekali saja dan tidak pernah lagi," ungkapnya.
"Orangtuaku punya (pohon buatan) yang digunakan sejak aku berumur 10 tahun," sambungnya.
Artikel ini pernah tayang di Kompas.com. Baca artikel sumber.