Sedari proses pembuatannya, megaproyek Jembatan Holtekamp telah mengukir berbagai terobosan. Salah satu terobosan itu adalah pemindahan segmen pelengkung utama atau center span yang berbobot sekitar 2.200 ton, yang baru pertama kali dilakukan di Indonesia.
Keberhasilan proses pemindahan Kamis siang itu (30/11) ditentukan oleh mesin pengangkut alat berat otomatis “Self-Propelled Modular Transporter” (SPMT) buatan Italia, didatangkan langsung dari Singapura. Mesin spesialis pengangkut konstruksi berat bersistem as hidrolik itu digerakkan ratusan roda, dikontrol oleh seorang operator dengan alat kendali nirkabel.
“Dengan beban ribuan ton, mesin harus bergerak pelan agar proses pemindahan berjalan aman,” kata Rocco Ravella, manajer lapangan dari Fagioli, perusahaan penyedia jasa SPMT dalam proyek Jembatan Holtekamp.
“Dengan beban ribuan ton, mesin harus bergerak pelan agar proses pemindahan berjalan aman,” kata Rocco Ravella.
Rocco menjelaskan, semua komponen mesin harus bekerja sempurna. “Kami memastikan perangkat cadangan seperti generator dan kabel tersedia, bahkan sepanjang proses pemindahan, kondisi cuaca dan pasang-surut air laut turut menjadi perhatian,” tambahnya.
Seminggu sebelum pemindahan, Rocco beserta tim telah memantau prediksi cuaca dan pasang surut air laut di sekitar PT PAL Indonesia, Surabaya.
“Idealnya saat proses pemindahan segmen pelengkung jembatan dari dermaga ke tongkang, air laut harus dalam keadaan pasang. Dengan begitu, proses memompa air masuk dan ke luar tongkang (sistem ballast) sangat penting. Momen kritisnya ketika seluruh badan jembatan sudah naik di atas tongkang, pompa di bagian depan dan belakang harus terus diaktifkan agar kapal seimbang,” kata Murdjito, pakar kelautan Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) bentukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang turut mengawasi pelaksanaan proyek.
Dimulai sejak pukul satu siang, proses pemindahan segmen pelengkung utama berlangsung dua jam. Sepanjang proses seluruh tim sibuk memantau, termasuk para subkontraktor, seperti Waagner Biro Indonesia, PT PAL Indonesia (Persero), dan pakar KKJTJ.
Setelah segmen pelengkung utama jembatan naik di atas tongkang, langkah penting selanjutnya adalah penguatan (lashing dan sea fastening). Ada sekitar dua pipa besi yang dirintangkan ditarik dengan rantai, dan bagian dasarnya dilas di badan kapal. Proses tersebut, sebagaimana disampaikan Murdjito, diperlukan agar segmen pelengkung tahan goyangan gelombang dan angin selama pelayaran dari Surabaya ke Jayapura.
“Dalam proses load out semua dapat dikalkulasi, tetapi di tengah laut, faktor lain mungkin di luar prediksi,” kata Rizky Dianugerah, manajer proyek pelaksana pembangunan konsorsium PT PP (Persero), PT Hutama Karya (Persero), dan PT Nindya Karya (Persero).
Dengan demikian, Tata Wihanta, kapten kapal, mengatakan bahwa pihaknya terus memantau prediksi cuaca dari Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). “Tongkang ini akan digerakkan oleh satu kapal penarik (tugboat) dari Surabaya ke Jayapura. Sepanjang pelayaran, kami akan menyisir perairan dekat pantai, dari Selat Madura, ke Jeneponto di Sulawesi Selatan, mendekati Pulau Selayar, Baubau di Sulawesi Tenggara, melintasi Laut Banda menyebrang ke Pulau Buru. Setelah itu, kapal menuju ke Sorong dan tiba di tujuan akhir Jayapura,” terang Tata sebelum seremoni pelepasan Divisi Kapal Niaga PT PAL, Surabaya, pada 3 Desember silam.
Kapal direncanakan bergerak di kecepatan 4,5 knot per jam, sehingga akan tiba di Jayapura dalam 28 hari setelah berlayar dari Surabaya pada 4 Desember silam.
“Peluncuran center span Jembatan Holtekamp ini memperlihatkan bahwa kita punya sumber daya untuk berinovasi, lihat hasilnya sangat rapi dan kualitasnya pun kuat,” kata Basuki Hadimuljono, Menteri PUPR.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono turut menghadiri seremoni pemberangkatan segmen pelengkung utama Jembatan Holtekamp yang akan mencetak rekor MURI sebagai “Pengiriman Rangka Jembatan Baja Terberat (2.200 ton) dan Terpanjang (112 meter) melalui jarak tempuh 3.200 kilometer di Indonesia”.
“Peluncuran center span Jembatan Holtekamp ini memperlihatkan bahwa kita punya sumber daya untuk berinovasi, lihat hasilnya sangat rapi dan kualitasnya pun kuat,” kata Basuki dalam sambutannya bersamaan dengan Hari Bakti ke-72 PU. Dia juga menambahkan bahwa inovasi pembangunan jembatan panjang dengan baja mesti terus dilanjutkan.
Dalam proses pengerjaannya, seluruh material baja Jembatan Holtekamp dipusatkan di tiga tempat, yaitu Cikande, Banten dikerjakan oleh PT Waagner Biro Indonesia, Pasuruan, Jawa Timur oleh PT Bromo Steel (Bosto) dan PT Boma Bisma Indra (BBI), serta di Surabaya oleh PT PAL. Sepanjang proses pengerjaan baja, pakar korosi dari KKJTJ, Johny Wahyuadi mengaku terus mendampingi dan mengawasi kualitas pengelasan dan pengecatan material jembatan.
Jembatan Holtekamp dikerjakan secara paralel di Jayapura dan Surabaya, mengantisipasi risiko kegempaan di timur Indonesia. “Proses perakitan di PT PAL Surabaya mampu memangkas waktu dan meningkatkan kualitas kerja, sehingga diharapkan menginspirasi rencana pembangunan jembatan selanjutnya,” kata Manajer Proyek Konsorsium, Rizky Dianugerah.
Pada akhir 2018 mendatang, Jembatan Holtekamp akan menjadi penghubung lengkung baja terpanjang di Indonesia, memangkas jarak tempuh dari Kota Jayapura ke Distrik Muara Tami atau Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw dari 2,5 jam menjadi kurang dari sejam.