Dari “Jamu” ke Danau Pariwisata Berkelanjutan di Rawa Pening

By National Geographic Indonesia, Minggu, 31 Desember 2017 | 22:30 WIB
Saat senja, nelayan tradisional mendayung sampan kayu menuju tepian Rawa Pening di Kabupaten Semaran (Yunaidi Joepoet)

Nationalgeographic.co.id - Rawa Pening, salah satu danau tekto vulkanik yang terletak di segitiga pariwisata Yogyakarta - Semarang - Solo ini memiliki total luas wilayah 2.500 sampai 2.670 hektar. Selain sebagai objek pariwisata, Rawa Pening juga memiliki peran yang cukup penting bagi kebutuhan primer masyarakat disekitarnya yaitu sebagai sumber pembangkit listrik tenaga air, tempat memancing, sumber irigasi sawah disekitarnya, hingga digunakan sebagai pengendalian banjir.

Meski memiliki banyak manfaat, nyatanya keberlangsungan Danau Rawa Pening kini mulai terancam. Eceng gondok merupakan salah satu masalah besar yang telah lama mengancam Danau Rawa Pening. Tanaman yang tumbuh di permukaan air ini mampu membentuk semacam tikar tebal sehingga menghalangi masuknya oksigen kedalam air.

Baca juga: Jarang Dipedulikan, Lamun Ternyata Membantu Menghadapi Perubahan Iklim

Hal ini akan membahayakan keberlangsungan hidup segala macam organisme yang hidup dibawah permukaan Danau Rawa pening. Disamping itu, jika permasalahan ini tak segera ditangani, salah seorang peneiliti dari Univeritas lokal di Semarang menungkapkan kemungkinan terburuknya adalah Rawa Pening akan kering pada tahun 2021 mendatang akibat adanya peningkatan sedimentasi.

Berbagai inovasi pun telah coba dilakukan guna menanggulangi permasalahan eceng gondok di Rawa Pening. Salah satunya seperti yang tengah dilakukan oleh PT industri jamu dan farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO).

Sido Muncul sebagai perusahaan di Indonesia yang bergerak dalam industri farmasi dan obat traditonal herbal (jamu) ini telah berdiri sejak tahun 1951 dan secara konsisten terus berkontribusi terhadap kesejahteraan umum masyarakat.

Inovasi terbaru yang dilakukan oleh SIDO adalah dengan membuat eceng gondok menjadi bahan bakar pelet kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi baru dan terbarukan. Pelet kayu ini nantinya dapat digunakan untuk bahan bakar pengganti bensin/ LPG pada skala industri dan rumah tangga.

Selain memiliki energi yang jauh lebih besar dibandingkan bahan bakar fosil umum (bensin/LPG), pelet kayu berbahan bakar ini juga lebih ekonomis karena harganya hanya dengan setengah dari harga elpiji.

Tak berhenti disana, upaya SIDO dalam mengembangkan potensi Rawa Pening ini juga diimbangi dengan usaha SIDO dalam membuka peluang usaha baru yang potensial bagi masyarakat sekitar Rawa Pening melalui pelet kayu berbahan bakar eceng gondok tersebut.

Baca juga: Semburan Air Disertai Gas Hingga 30 Meter Terjadi di Desa Sidolaju

Di samping adanya inovasi penanganan masalah eceng gondok, SIDO juga telah mengupayakan pengembangan potensi pariwisata di Rawa Pening dengan menciptakan sebuah promotion pariwisata bertema Indonesia yaitu TT advertsing. Versi terbaru dari SIDO pariwisata TT advertsement ini diambil di Danau Rawa Pening dengan tema keterlibatan SIDO terhadap eceng gondok pada pariwisata berkelanjutan di Rawa Pening.

Ke depan, nampaknya SIDO akan semakin sibuk dengan kegiatan restorasi di Danau Rawa Pening yang telah ditargetkan akan mencakup 85% dari total luas permukaan air danau pada 2019 mendatang. Tidak hanya itu, SIDO juga telah merencanakan tahap yang lebih lanjut untuk mengembangkan penyediaan fasilitas dan kegiatan pariwisata berbasis air di Danau Rawa Pening agar dapat melayani lebih banyak wisatawan internasional.