Kesenjangan Sosial Terjadi Hampir di Semua Negara

By , Rabu, 3 Januari 2018 | 15:00 WIB

Bisa dikatakan, hal tersebut membatasi kemampuan pemerintah untuk mengatasi ketimpangan. Tentu saja hal itu membawa implikasi penting bagi ketimpangan kekayaan di kalangan warga negara. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa kebijakan nasional tentang kepemilikan modal sudah menjadi faktor utama peningkatan ketimpangan sejak tahun 1980.

Ketimpangan di negara-negara yang sedang berkembang

Perekonomian yang kaya sumber daya alam lazimnya dianggap rentan terhadap konflik atau lebih otoriter dalam cara perekonomian itu ditangani. Laporan baru ini juga menyatakan bahwa beberapa perekonomian yang kaya dari sumber daya alam, seperti “perekonomian minyak”, juga sangat timpang. Hal ini sudah diduga sebelumnya karena sumber daya alam sering terpusat di tangan segelintir. Namun, sebelum adanya laporan ini tidak ada bukti yang jelas soal itu.

The World Inequality Report menunjukkan kepada kita bahwa kawasan Timur Tengah mungkin malah lebih timpang daripada Amerika Tengah dan Selatan, yang lama dianggap termasuk tempat yang paling timpang di muka di Bumi.

Temuan signifikan lainnya adalah negara-negara yang berada dalam tahap perkembangan yang sama mengalami pola-pola berbeda dalam meningkatnya ketimpangan. Ini menunjukkan bahwa kebijakan dan lembaga-lembaga nasional berpengaruh. Arah tiga perekonomian besar yang sedang beranjak menjadi maju memberikan gambaran soal ini. Rusia mengalami peningkatan mendadak, Cina menempuh laju moderat, dan India peningkatannya bertahap.

World Inequality Report

Perbandingan antara Eropa dan Amerika Serikat bahkan memberikan contoh yang lebih mencolok—Eropa Barat tetap menjadi tempat bagi konsentrasi terendah pendapatan nasional di antara 10% teratas penerima penghasilan.

Dibandingkan dengan Amerika Serikat, divergensi ketimpangannya spektakuler. Di kedua kawasan tersebut pada 1980, 1% teratas menguasai hampir 10% porsi pendapatan. Porsi itu hanya naik sedikit menjadi 12% pada tahun 2016 di Eropa Barat, tetapi melonjak hingga 20% di Amerika Serikat. Ini bisa membantu menjelaskan terjadinya peningkatan populisme. Mereka yang tertinggal semakin hilang kesabaran ketika mereka tidak melihat satu pun perbaikan yang tampak (atau bahkan memburuk) dalam kondisi kehidupan mereka.

Mengurangi ketimpangan agar masyarakat menjadi lebih adil tidak hanya penting untuk dilakukan. Masyarakat yang setara erat hubungannya dengan hasi-hasil penting lainnya. Sama seperti stabilitas politik dan sosial, stabilitas pendidikan, kejahatan, dan keuangan mungkin akan terganggu ketika ketimpangan tinggi.

Dengan data baru di depan mata, sekarang kita bisa bertindak untuk belajar dari kebijakan-kebijakan di kawasan yang lebih setara dan menerapkannya untuk mengurangi ketimpangan di seluruh dunia.

Antonio Savoia, Lecturer in Development Economics, University of Manchester

Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.