Para peneliti menggunakan teknik pemindaian (scan ) di sebuah peti mumi yang terbuat dari potongan-potongan papirus untuk menelusuri kehidupan orang-orang di zaman Mesir Kuno.
Dikutip dari BBC , Minggu (31/12/2017), peneliti dari Inggris memanfaatkan perbedaan frekuensi berbagai jenis cahaya saat pemindaian untuk memunculkan tulisan di papirus berusia 2.000 tahun yang sudah tertutup kapur dan getah selama ribuan tahun.
Menggunakan teknik pemindaian tersebut pada peti mumi yang disimpan di sebuah museum di Istana Chiddingstone di Kent, para peneliti berhasil menemukan tulisan di tapak peti yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
(Baca juga: Aokigahara, Hutan Bunuh Diri di Jepang)
Tulisan tersebut berbunyi "Irethorru", nama yang jamak digunakan pada masa Mesir kuno dan berarti "Mata Horus melawan musuh-musuh saya".
Menurut para sejarawan, teknik ini merupakan terobosan baru yang membantu untuk mencari wawasan baru tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Mesir Kuno.
Sebagai informasi, papirus adalah sejenis tanaman air yang banyak tumbuh di pinggir Sungai Nil. Bahan ini memiliki peran penting dalam perkembangan peradaban Mesopotamia di Mesir.
(Baca juga: Gerhana Bulan Total Tutup Fenomena Trilogi Supermoon pada Januari 2018, Jangan Terlewat!)
Menurut Profesor Adam Gibson dari University College London, papirus sudah digunakan untuk membuat benda-benda penting dan bisa diawetkan selama 2.000 tahun.
"Papirus pada jaman Mesir Kuno digunakan untuk membuat benda penting dan diawetkan selama 2.000 tahun. Oleh karena itu, topeng dari limbah papirus ini menjadi koleksi terbaik dan memberikan banyak informasi tentang kehidupan individu mereka sehari-hari pada saat itu," kata Gibson, yang pemimpin proyek penelitian.
Sebelum teknik pemindaian ini ditemukan, peneliti hanya memiliki bisa menghancurkan papirus untuk melihat apa yang tertulis di dalamnya atau membiarkan papirus tersebut tak tersentuh dan membiarkan misteri di dalamnya tersimpan rapat.
Kali ini, teknik pemindaian memecahkan kebuntuan para peneliti. Peninggalan tetap utuh dan sejarawan dapat membaca apa yang ada di papirus.
Menurut Dr Kathryn Piquette dari University College London, para ahli di Mesir sangat bahagia dengan penemuan teknik tersebut.