Jadi, haruskah kita menghapus koneksi dengan teman Facebook? Jawabannya pendek dan tidak memuaskan: “tergantung”.
Baca juga: Berkat Fosil Berusia 200 Juta Tahun, Evolusi Kupu-kupu Terungkap
Facebook memang membuat orang terhubung, tapi menciptakan jarak psikologis dan fisik. Sekarang orang jadi lebih mudah berbagi pemikiran (bahkan pemikiran-pemikiran yang banyak orang tak mau membaginya secara langsung).
Selain itu, orang juga bisa memutuskan diri (disconnect) dari orang lain, bahkan ketika ini sulit dilakukan saat berhadapan langsung, akibat tekanan sosial.
Untuk mencari tahu kapan saatnya berbagi, atau memutuskan diri, mungkin orang perlu melatih kebajikan. Namun seperti yang telah saya jelaskan, kebajikan tidak memberi panduan seragam dalam bertindak. Yang dianggap sebagai kebajikan tergantung dari rincian keadaan.
Penolong navigasi
Ada beberapa faktor yang tampak relevan. Media sosal membuat orang lebih bahagia jika mereka menggunakannya untuk berinteraksi, ketimbang jadi pengamat pasif.
Koneksi dan percakapan yang berbeda-beda bisa memperkaya kehidupan seserang. Di Facebook, kita memiliki sebuah kesempatan untuk mengalami “berita dan opini yang berbeda secara ideologis.”
Terkadang, menghapus pertemanan atau meng-unfriend seorang rekan kerja atau kerabat membantu memelihara perdamaian, tapi ini bisa seperti tindakan pengecut. Dan berdebat dengan seseorang di internet hanya memperkuat sikap agresif kita sendiri, membuat kita lebih buruk dalam jangka panjang.
Yang ingin kita lakukan adalah memiliki percakapan yang baik, yang memperkuat koneksi yang bagus.
Namun di sini pun kita perlu tetap peka pada detail konteks. Ada percakapan lebih baik terjadi dengan terpisah jarak sementara yang lainnya tanpa terpisah jarak.
Baca juga: Cadangan Air Besar Ditemukan di Seluruh Mars, Apa Manfaatnya Bagi Kita?
Pada akhirnya, alasan-alasan untuk berhubungan atau tidak berhubungan berakar dari perhatian akan karakter kita sendiri, dan beberapa lagi terkait karakter orang lain. Kita punya alasan untuk memupuk kemauan yang berani dan welas asih untuk mempertimbangkan pandangan orang lain, serta mewaspadai kecenderungan kita untuk menghina postingan (dan orang) yang kita tidak setuju.
Namun kita juga ingin teman kita menjadi orang baik.
Yang perlu kita ingat adalah, detail itu penting. Saya pikir masalah ini jadi pelik karena tidak ada jawaban yang mudah atau seragam. Namun dengan menggunakan pedoman dari Aristoteles, kita bisa menemukan cara untuk terhubung yang membuat kita lebih baik, baik secara perorangan maupun bersama.
Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.