Potret Kehidupan di Kota dengan Udara Beracun

By , Senin, 22 Januari 2018 | 11:00 WIB

Pada awal November, tingkat asap memuncak di Delhi, India. Tingkat partikulat mencapai angka 999—tertinggi yang bisa dideteksi mesin.

Asap dan kabut yang berasal dari pembakaran tanaman tanpa regulasi di India utara, pabrik, mobil, bahkan pembakaran kembang api saat Festival Diwali, campur aduk dan menghasilkan koktail yang mencekat. Kepala Menteri negara itu bahkan mengibaratkan kota tersebut sebagai kamar gas.

Warga melakukan yoga di Lodi Gardens di depan Bada Gumbad. Tingkat polusi udara mancapai kategori 'buruk' di sebagian besar tempat di sekitar Delhi pada awal November hingga mencapai titik di mana olahraga fisik dinyatakan berbahaya. Bahkan pada hari ini, kualitas udara masih sangat buruk. (Arko Datto)

Meskipun mendapat tentangan keras dari banyak tempat, kota ini mempersiapkan diri untuk Half Marathon Tahunan. Acara tersebut mencatat rekor jumlah pemilih.

Persiapan untuk maraton Delhi berlangsung di tempat parkir dekat Stadion Jawaharlal Nehru di pagi hari. (Arko Datto)

Saya tiba di Delhi seminggu kemudian. Tingkat kualitas udara masih berkisar antara 'buruk' dan 'sangat buruk' meski asap telah berkurang. Jumlah waktu lama yang saya habiskan di luar ruangan untuk memotret menyebabkan nyeri dada dan membuat saya pusing. Sekembalinya dari lokasi konstruksi dan tepi sungai Yamuna, saya sering batuk dahak kehitaman.

Seorang wanita muda mengenakan masker saat berjalan-jalan pagi di Lodi Gardens. (Arko Datto)

Tapi ini belum apa-apa dibandingkan apa yang orang lain katakan pada saya bahwa seminggu lalu mereka bahkan mengalami mual, sakit tenggorokan parah, dan iritasi mata. Tinggal di Delhi dianggap dapat mempersingkat rentang hidup seseorang rata-rata hingga empat tahun. Masker sangat diperlukan untuk menghalangi partikulat yang dapat mengendap jauh di dalam paru-paru, menyebabkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki.

Matahari terbenam di atas atap Kota Tua Delhi. (Arko Datto)

Dari semua kalangan, yang paling rentan adalah populasi buruh migran Delhi yang cukup besar, sebab mereka tidur di luar rumah. Sebagian besar dari orang-orang yang saya ajak bicara tidak dapat membeli masker atau tidak cukup menyesuaikan diri dengan kebutuhan mereka.

Asap mengepul dari sebuah pabrik di kawasan industri Sahibadab di pinggiran Kota Delhi. (Arko Datto)

Delhi hari ini ibarat rawa masalah administratif, dan para warganyalah yang paling menderita.

Lihat foto-foto tentang Delhi di halaman selanjutnya.

!break!

Keluarga migran yang tinggal di dekat lokasi konstruksi berisiko terkena debu dan polusi tinggi di daerah ini. (Arko Datto)

Pasangan memakai masker saat mereka berjalan di Taman Astha Kunj dekat Lotus Temple. (Arko Datto)

Seorang wanita mengumpulkan air di pagi hari di sepanjang sungai Yamuna. (Arko Datto)

Burung peliharaan mengelilingi langit saat matahari terbenam sebelum kembali ke rumah pemiliknya. (Arko Datto)

Pabrik-pabrik terlihat dari kejauhan dari benteng Purana Qila. (Arko Datto)