Perlu Anda ketahui, DHFR merupakan sasaran utama obat anti malaria bernama pirimetamin. Obat ini sudah menjadi rujukan utama di Afrika, tetapi parasit malaria telah menjadi kebal terhadapnya.
Dalam penelitian yang dimuat di Jurnal Scientific Reports, triklosan mampu mencegah enzim DHFR dan melawan parasit malaria bahkan yang kebal terhadap pyrimethamine. Triklosan juga menghambat ENR sehingga efektif digunakan pada parasit malaria yang berada di tahap hati dan darah.
Baca Juga: Nyamuk Ternyata Gemar Pilah-pilih Korban untuk Digigit
Penulis utama Dr Elizabeth Bilsland, asisten profesor di Universitas Campinas, Brasil, menjelaskan bahwa penemuan tentang keefektifan triklosan terhadap malaria bersama robot Eve menawarkan harapan baru untuk mengembangkan obat malaria baru.
"Kami tahu ini adalah senyawa yang aman, dan kemampuannya untuk menarget dua titik dalam siklus hidup parasit malaria menandakan bahwa parasit akan merasa sulit untuk berevolusi," katanya.
Sementara itu, profesor Ross King, dari Manchester Institute of Biotechnology menyinggung manfaat teknologi robot pintar pada penelitian.
"Kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin memungkinkan kita untuk menciptakan ilmuwan otomatis yang tidak hanya menggunakan pendekatan 'kekerasan', melainkan mengambil pendekatan cerdas terhadap ilmu, dan ini bisa mempercepat kemajuan penemuan obat dan berpotensi menuai hasil yang besar," tambahnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com. Baca artikel sumber.